Liputan6.com, Osaka - Mi instan hadir dari sebuah penederitaan. Sehari setelah Jepang keluar sebagai pihak yang kalah dalam Perang Dunia II, Momofuku Ando berjalan kaki menyusuri jalan di kampung halamannya di Osaka.
Suasana suram kala itu, pekat dengan aroma kekalahan dan ketidakpastian akan masa depan. Meski lebih beruntung dari Hiroshima dan Nagasaki yang remuk akibat dijatuhi bom atom, kota itu hancur lebur akibat pertempuran selama bertahun-tahun.
Bombardir dari udara mengancurkan pabruk dan dua kantor yang didirikan Ando. Nasibnya pun berubah, dari pengusaha jadi penggangguran yang mencari kerja.
Langkahnya terhenti di belakang stasiun. Pria itu menyaksikan orang-orang berkerumun di sebuah reruntuhan. Antrean panjang mengular di luar kios ramen darurat, dengan sabar menanti sesuatu untuk dimakan.
"Orang-orang bersedia bersusah payah demi semangkuk ramen," pertanyaan itu terbesit di pikiran Ando, demikian seperti dikutip dari Gizmodo, Jumat (24/8/2018).
Ternyata, bagi warga Jepang kala itu, semangkuk ramen kuah yang disajikan panas tak hanya bermanfaat mengisi perut mereka. Hidangan itu juga memberikan kenyamanan, menjadi comfort food.
Kekurangan pangan terus melanda Jepang selama bertahun-tahun pasca-Perang Dunia II. Ando menyimpulkan, kelaparan adalah masalah yang paling krusial pada saat itu. "Kedamaian akan datang di seluruh dunia jika semua orang cukup makan," itu yang ia yakini.
Ando ingin membantu agar warga Jepang bisa makan. Lebih jauh lagi, pria yang lahir di Taiwan itu ingin mengakhiri kelaparan di dunia.
Namun, niatnya itu tak lantas terwujud. Pasca-perang, bisnis Ando bangkit. Ia bahkan jadi pemimpin sebuah bank.
Tapi, ketika banknya kolaps pada 1957 dan ia kehilangan pekerjaan, pria yang lahir pada 1910 itu kembali pada cita-cita lamanya.
Ando memulai dengan menyusun kriteria makanan 'sempurna' pasca-perang, yakni: enak, tak mudah busuk atau basi, siap disajikan dalam waktu tiga menit, ekonomis, serta aman dan sehat.
Ando terkenang apa yang ia saksikan pada masa lalu, antrean panjang di kios ramen yang luar biasa. Ia pun kemudian bereksperimen untuk membuat mi kuah yang bisa diproduksi secara massal.
Belajar dari Kegagalan
Selama setahun ia mencoba mengawetkan mi ramen. Tapi gagal. Tekstur mi yang dikeringkan tak pas. Namun, suatu hari, ia memasukkan sejumlah mi ke dalam minyak panas yang digunakan sang istri untuk menggoreng tempura.
Saat itulah, Ando menemukan momentum 'eureka'. Ia menemukan, dengan menggorengnya, mi tak hanya menjadi kering tapi juga menciptakan semacam pori-pori kecil yang membuatnya bisa matang dalam waktu lebih cepat.
Mi instan pun kemudian lahir.
Dan, pada usia 48 tahun, Momofuku Ando memulai kariernya yang ketiga dan terakhir: sebagai Mr. Noodle, bos perusahaan mi.
"Akhirnya aku memahami, semua kegagalan dan rasa malu yang kumiliki, menjadi otot tambahan dalam tubuhku," kata dia.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Saksikan video menarik terkait mi instan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "25-8-1958: Kisah Menarik di Balik Kelahiran Mi Instan Pertama di Dunia"
Post a Comment