:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1784149/original/073749600_1511862865-20171128-Roket-Rusia-AFP2.jpg)
Laporan Yleem Poblete, Asisten Menteri untuk Biro Pengendalian, Verifikasi, dan Kepatuhan Senjata Kementerian Luar Negeri AS, selaras dengan kekhawatiran sejumlah pejabat dan perwira tinggi militer AS selama beberapa tahun terakhir, yang berulang kali menekankan bahwa domain antariksa telah menjadi prospek ancaman baru bagi Amerika, dan Negeri Paman Sam harus bersiap terhadap konflik atau perang yang terjadi di angkasa luar.
Kekhawatiran itu pada akhirnya mendorong Presiden Donald Trump bersikeras untuk membentuk cabang militer baru Amerika Serikat (di samping AD, AL, AU, Marinir, dan Coast Guard), yakni, Pasukan Antariksa AS atau US Space Force.
"Tak cukup dengan hanya sekadar hadir di angkasa luar," kata Donald Trump dalam pidato di hadapan National Space Council Senin 18 Juni 2018.
"Kita harus mendominasi antariksa. Dengan ini, saya memerintahkan Kementerian Pertahanan dan Pentagon untuk segera memulai proses yang diperlukan untuk mendirikan pasukan antariksa sebagai cabang militer keenam angkatan bersenjata AS
"Kita (sudah) memiliki Angkatan Udara dan kita akan memiliki pasukan antariksa. Terpisah tapi setara. Itu akan menjadi sesuatu," ujar Donald Trump.
Sementara itu pekan lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, "Lingkungan luar angkasa telah berubah secara mendasar pada generasi terakhir."
"Apa yang dulunya damai dan sekarang penuh dengan permusuhan. Hari ini, negara-negara lain berusaha untuk mengganggu sistem berbasis ruang angkasa dan menantang supremasi Amerika di ruang angkasa tidak seperti sebelumnya."
Pence dan pejabat Washington lain umumnya menunjuk Rusia dan China sebagai musuh yang harus dipantau AS.
Di sisi lain, Moskow dan Beijing telah berkali-kali membantah hendak memiliterisasi domain antariksa --meski keduanya menunjukkan ambisi penuh dalam perlombaan meraih status digdaya di antariksa (space race) dengan Washington.
Space race telah lama dilakukan sejak era Perang Dingin dengan aktor utama yang terdiri dari AS dan Uni Soviet dan didukung koalisi masing-masing. Namun, pada Abad ke-21, persaingan tak hanya terjadi di antara AS - Rusia (sebagai 'pewaris' Soviet), melainkan juga negara 'kekuatan antariksa baru' lain seperti India, China, dan Pakistan, serta firma-firma swasta seperti SpaceX milik Elon Musk.
Peluncuran satelit yang makin murah dan mudah dikontrol, membuat makin banyak negara yang mengambil keuntungan dari sana.
"Tak cukup dengan ancaman yang cukup di Bumi, kita juga harus mengantisipasi ancaman di antariksa," ujar direktur intelijen nasional, Daniel Coats, dalam sebuah pidato di hadapan Senate Intelligence Committee AS.
"Seluruh aktor akan memiliki peningkatan akses terhadap layanan informasi antariksa, seperti citra, cuaca, komunikasi, dan pelacakan, navigasi, dan waktu untuk keperluan intelijen, militer, ilmiah, atau bisnis," imbuh dia.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2vQvAHcBagikan Berita Ini
0 Response to "AS Curiga Sebuah Satelit Rusia Berkedok Sebagai Senjata Antariksa"
Post a Comment