Dari 365 hektare luas wilayah Desa Wlahar Wetan, 120 hektare di antaranya adalah lahan pertanian. 80 persen warganya hidup dari sektor pertanian. Pertanian adalah denyut nadi kehidupan Wlahar Wetan.
Festival Seni Budaya Pertanian Wlahar Wetan digelar sebagai wujud syukur petani yang telah mendapat berkah dari Tuhan. Lewat festival ini diharapkan muncul generasi baru yang meneruskan perjuangan para petani.
Mereka bakal dididik untuk menjaga tradisi pertanian yang menjaga kelestarian alam layaknya yang sudah diajarkan generasi terdahulu. Mereka bakal menjamin regenerasi petani Wlahar Wetan yang menjaga kearifan lokal.
Mahesa, pemeran sosok Dewi Sri menerangkan, dalam kebudayaan Banyumas, ritus kesuburan dan kesejahteraan petani telah diekspresikan dalam bentuk seni. Pertunjukan rakyat Cowongan, misalnya, adalah ritual memanggil hujan saat kemarau panjang melanda membawa dampak kekeringan pada lahan-lahan pertanian.
"Kalau di pertunjukan tadi, bersamaan pembacaan legenda Dewi Sri saya memainkan tari Baladewa," ucap Mahesa, yang seorang lulusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang ini.
Festival bertajuk "Desaku Mandiri Harapanku Sejahtera" ini pun rupanya disambut antusias oleh warganya. Madiarjo (75) misalnya, rela berjalan kaki berkilometer dari ujung barat desa bersama cucunya untuk mengikuti karnaval tematik budaya desa.
Ia berbusana batik dan mengenakan blangkon. Sesampai di lapangan, Madiarjo menunggang kuda dari anyaman bambu. Hari itu, ia libur dari segala aktivitas dan meriung bersama warga menikmati pertunjukan seni.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2BF3rIEBagikan Berita Ini
0 Response to "Lenggok Dewi Sri dan Kidung Petani untuk Bumi Lestari"
Post a Comment