Prakarsa ini didasari oleh adanya pertumbuhan penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) yang diprediksi akan mencapai puncaknya di tahun 2020 – 2035 yaitu di angka 70 persen (demographic bonus).
Bonus tersebut akan tercapai ketika diimbangi dengan pengembangan dan pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah yang tepat, terlebih bagi satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memang diharapkan lulusannya akan langsung berpartisipasi dalam kehidupan industri.
Menurut hasil survey Employee Skills yang dilakukan oleh Bank Dunia pada tahun 2008, terdapat tiga kelemahan utama SMK yang dirasa oleh para pemberi kerja yakni rendahnya kualitas sarana pembelajaran (29,17 persen), proses belajar-mengajar yang belum optimal (23,33 persen), dan belum selarasnya keterampilan umum lulusan dengan kebutuhan yang ada di dunia kerja (13,06 persen).
Faktor inilah yang mendorong pemerintah untuk menjadikan revitalisasi SMK sebagai prioritas dan berbagai strategi telah diupayakan pemerintah untuk mendorong agar lulusan SMK bisa terserap oleh duniakerja yang semakin kompetitif.
Di samping kerja sama antara SMK dan dunia usaha dunia industri (DUDI), kompetensi guru dan kualitas lulusan merupakan dua revitalisasi penting yang turut digencarkan.
Kompetensi dan keterampilan merupakan tantangan yang tidak dapat dilepaskan dari faktor eksternal yang meliputi arus globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan lainnya.
Untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi tantangan yang ada, lulusan SMK dituntut untuk memiliki kompetensi masa depan yang meliputi kemampuan berkomunikasi, kolaborasi, inovasi, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, berpikir kritis, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, dan toleran terhadap perbedaan.
Hal ini sesuai dengan hasil survei Bank Dunia yang menegaskan bahwa kompetensi dan keterampilan yang paling dibutuhkan di dunia kerja dari para pekerja muda di antaranya adalah keterampilan bekerja sama dalam tim (14,53 persen), keterampilan teknis (10,83 persen), dankomunikasi (10,54 persen).
Sedangkan, para pekerja muda tersebut mengidentifikasi tiga keterampilan yang mereka paling tidak kuasai yakni berbahasa Inggris (15,32 persen), penyelesaian masalah (10,98 persen), dan kepemimpinan (10,12 persen).
Secara formal, melalui konsep Kurikulum 2013 (K13), pemerintah telah melakukan upaya nyata untuk memenuhi kebutuhan siswa SMK dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia industri. K13 mengamanahkan proses mendidik yang tidak hanya berfokus pada hard skills tetapi juga soft skills.
Dalam implementasinya di kelas diperlukan kecakapan guru untuk mengintegrasikan keduanya melalu berbagai mata pelajaran yang diajarkan.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2Q9UQjCBagikan Berita Ini
0 Response to "British Council dan HSBC Dukung RI Kembangkan Kapasitas Lulusan SMK"
Post a Comment