:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2367423/original/088849200_1537911669-Tidak_ada_perwakilan_pemerintah_yang_menemui_Guru_Honorer_Purbalingga_di_Tugu_Monas_Jakarta_Senin_17_September_2018.__Ima_Junita_for_Liputan6.com__Galoeh_Widura_.jpeg)
Dibalik gaji kecil itu, mereka masih menyimpan harapan pengabdiannya kelak berbuah manis. Seperti Bambang, guru honorer yang sudah mengabdi di SD Palumbungan Kecamatan Karanganyar selama 13 tahun.
Dia tidak putus asa meratapi gajinya yang sebesar Rp 700 ribu per bulan. Sebagai solusi untuk menutup biaya hidup, ia modal nekad membuka bengkel tambal ban di rumahnya.
"Dari bengkel lumayan dapat tambahan sekitar Rp 500 ribu per bulan tergantung rame atau tidak," katanya.
Selain Bambang, guru honorer di SD 1 Kebunderan, Karangangar, Nur Hidayat juga banting tulang mencari penghasilan lain. Sepulang sekolah, dia tidak malu berjualan es pisang hijau untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Gajinya sebagai guru sama dengan Bambang, sekitar Rp 700 ribu. Dengan berjualan es, ia mendapat tambahan laba 30 persen dari omset sekitar Rp 50 ribu - Rp 100 ribu per hari.
"Sudah sekitar satu tahun ini saya berjualan es keliling, biasanya mangkal di depan Bank Jateng, Kecamatan Bobotsari," katanya.
Bagi Bambang dan Yayat, mengajar serta menghidupi keluarga adalah kewajiban. Mereka berharap agar Pemerintah bisa lebih memperhatikan guru honorer sepertinya.
Jika gaji guru honorer mencukupi mereka tidak perlu lagi mencari tambahan penghasilan. Sehingga, bisa lebih fokus dalam mendidik para siswa.
Simak video pilihan berikut ini:
Hari ke dua aksi mogok mengajar para guru honorer di Garut Jawa Barat, membuat aktifitas belajar siswa senin pagi lumpuh total.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gagal Jadi PNS, Guru Honorer Purbalingga Mengadu ke Langit"
Post a Comment