Search

Kisah Mahasiswi Difabel dan Ibunya Berjuang Menggapai Mimpi

Teti pun mengakui, semangat belajar anaknya memang luar biasa. Ini terlihat sejak Anisa berumur 5 tahun. Anisa memaksa agar masuk SD Negeri 02 Sadabumi. Pun saat lulus SMP dan meminta didaftarkan di MA Negeri Majenang.

"Selalu dia yang meminta. Semangat belajarnya memang tinggi," Teti menuturkan.

Bagi Teti, semangat dan keinginan kuat Anisa untuk menuntut ilmu adalah obat mujarab untuk membuatnya selalu bersedia mengantar anaknya. Terakhir, saat menerima brosur STMIK Komputama pun, Anisa yang meminta agar didaftarkan.

Anisa sendiri selama dua hari orientasi memang tak terlampau banyak beraktivitas. Dia lebih banyak duduk, baik saat acara maupun jam istirahat.

Sebenarnya, dia sudah terbiasa menggunakan kursi roda. Namun, beberapa sarana tengah diperbaiki agar Anisa bisa bergerak memakai kursi roda.

Ketua STMIK Komputama, Dr Fathul Aminudin Aziz mengatakan, kampus sejak awal sudah menyiapkan sarana ramah difabel. Jalan masuk, tangga, dan beberapa infrastruktur lainnya dibangun agar mudah diakses.

Tahun ini, kampus juga memberikan beasiswa penuh bagi anak yatim piatu dan memberi keringanan biaya untuk kalangan tak mampu.

"Pendidikan tinggi harus bisa diakses oleh semua orang, baik kaya maupun miskin," Aziz menjelaskan.

Simak video pilihan berikut ini:

Difabel unjuk diri dalam seni dan budaya

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2N8IOJi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah Mahasiswi Difabel dan Ibunya Berjuang Menggapai Mimpi"

Post a Comment

Powered by Blogger.