Menurut Sarwa, kearifan lokal itu perlu dipertimbangkan agar kobaran api yang telah melalap nyaris 1.000 hektar ini segera padam. Guyuran hujan akan membuat semak dan hutan basah sehingga menghambat rembetan api, atau bahkan memadamkan api.
Pengerahan pawang hujan ini juga bukan omong kosong. Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai daerah yang memiliki tim pawang hujan. Kelihaian tim pawang hujan Jawa Tengah pernah dibuktikan di Kalimantan.
"Kalimantan sudah pernah. Termasuk tim yang dari Jawa Tengah yang dibawa, termasuk ke Riau dulu," dia mengungkapkan.
Masyarakat Jawa Tengah juga akrab dengan pawang hujan. Mereka kerap menggunakan jasa pawang agar menunda atau mengalihkan hujan saat menggelar hajatan atau keperluan besar tertentu. Sebab itu, kearifan lokal ini layak dicoba untuk menjinakkan api di Gunung Sindoro dan Sumbing.
Meski demikian, dia juga menegaskan, pemadaman api dengan pengerahan pawang hujan dan salat Istisqa ini adalah upaya alternatif di luar upaya teknis yang terus dilakukan. Misalnya, dengan melokalisasi api atau menyekat titik api agar tidak semakin merembet luas.
Itu termasuk helikopter yang bakal diperbantukan untuk memadamkan api. Upaya pemadaman dengan berbagai cara ini diharapkan bisa membuat api segera padam.
"Jawa Tengah biasa, Jawa Timur biasa kaya gitu. Untuk hajat, supaya tidak hujan, kemudian hujan dipindahkan, kan begitu," dia menerangkan.
Hari ini ratusan petugas gabungan, mulai dari BPBD, TNI, Polri, relawan, dan warga dikerahkan untuk memadamkan api di dua gunung ini. Namun, lantaran medan berat dan kuatnya angin kencang, kobaran api tak bisa segera padam.
"Mudah-mudahan, (pawang hujan) Wonosobo dikerahkan. Mudah-mudahan kearifan lokalnya juga, termasuk salat minta hujan," dia menambahkan.
Simak video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menjajal Kelihaian Pawang Hujan Jinakkan Kebakaran Gunung Sindoro-Sumbing"
Post a Comment