Kisah seputar keberadaan lempengan drum itu semakin meluas. Sekitar 2006-2007, cerita "drom kramat", demikian orang mengenalnya, menyebar hingga ke luar Aceh Barat.
Banyaknya yang datang bernazar di tempat itu, membuat Amiruddin, bersama tokoh masyarakat setempat sepakat untuk membangun gubuk seluas 3x2 meter.
Gubuk tersebut, selain digunakan sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat dititipkannya barang-barang yang ditaruh para pengunjung.
Pemberian pengunjung yang datang untuk melepas nazar itu, berupa barang, kambing, hingga makanan, dapat diambil oleh siapa pun yang memerlukannya.
Di depan gubuk tersebutlah ditaruh lempengan drum yang dianggap memiliki karamah atau tuah itu.
Selain diberi tembok pembatas berupa beton berbentuk segi tujuh di sisinya, di atas lempengan drum itu ditaruh dua buah celengan yang saling bertindihan.
Di samping gubuk berkontruksi kayu itu terdapat keran air dilengkapi bak berukuran 1x1,5 meter. Para pengunjung sering berwudu, membasuh muka, atau memandikan bayi saat melakukan tradisi "turun mandi anak".
"Kalau saya melepas nazar anak, dan sembahyang beberapa rakaat di sini," kata Halimah (26), yang sedang membasuh wajah anaknya, Rabu, 26 September 2018, sore.
Ada juga warga yang mengaku datang jauh-jauh dari Kabupaten Aceh Jaya, untuk salat di dalam gubuk tersebut.
Pembangunan Masjid
Menurut Amir, uang yang ditaruh oleh orang-orang yang datang melepas nazar atau di Aceh dikenal peuleuh ka'oi di celengan di atas lempengan drum itu, mencapai jutaan rupiah per bulannya.
"Sebulan terkumpul hingga Rp 4 juta. Uangnya kita buat untuk bangun meunasah (surau), untuk anak yatim dan fakir miskin," dia menambahkan.
Surau yang dimaksud Amir terletak di seberang jalan di depan gubuk, atau sekitar 50 meter jaraknya dari gubuk. Saat ini, surau tersebut sedang dipugar.
Bersamaan dengan itu, juga sedang didirikan bangunan lain untuk menunjang keberadaan lempengan drum tersebut.
Pemerintah desa setempat mengalokasikan dana Rp 30 juta rupiah untuk bangunan baru yang permanen, berukuran 4x3 meter, terletak hanya seperlemparan batu dari gubuk lama di mana lempengan drum itu berada.
Jika saat ini berkunjung ke gubuk tempat lempengan drum tersebut berada, di dalam gubuk itu akan terlihat spanduk berukuran 1,5x0,5 meter yang sudah usang.
"Sumbangan/Hajat Nazar yang Saudara Berikan di Tempat Tengku Dalam Drom Ini Kami Sumbangkan untuk Pembangunan Meunasah Nurul Ikhsan dan Sumbangan Lainnya yang Menyangkut dengan Syariat Islam di Gampong Peuribu," demikian tertulis di spanduk tersebut.
Simak video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Misteri Drum Keramat Peninggalan Konflik Aceh"
Post a Comment