Search

8-10-1895: Ratu Terakhir Korea dari Dinasti Joseon Tewas Dibunuh Ronin Jepang

Sejak tandu berhias yang membawanya tiba di istana, sebagai mempelai sang raja, Myeongseong yang konon memiliki nama asli Min Jayeong sudah menunjukkan, ia bukan perempuan biasa.

Wajahnya lembut, namun garis mukanya tegas. "...Pada pandangan pertama, ia tak terlihat cantik. Namun, ambisi, kecerdasan, dan karakter yang kuat terpancar dari wajahnya," kata Lilian Underwood, misionaris AS yang datang ke Korea pada 1888.

Sang ratu tak suka pesta. Ia lebih tertarik urusan politik daripada gaun-gaun mewah yang disodorkan. Ia memilih tinggal dalam kamar, membaca buku-buku filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Sementara, suaminya sungguh bertolak belakang. Sang raja menghabiskan waktu, siang dan malam menenggak minuman keras dan pesta pora. Kepada salah satu sahabatnya, Myeongseong mengaku 'jijik' dengan tingkah pasangannya.

Saat berusia 20 tahun, sang ratu mulai sering keluar dari kamarnya di Changgyeong Palace. Sejak itu, ia mulai bersitegang dengan ayah mertuanya Heungseon Daewongun.

Seiring berlalunya waktu, Myeongseong menjadi maharani yang memerintah bersama suaminya. Bahkan, dikenal lebih berpolitik dibandingkan sang raja. Ratu juga mengangkat orang-orang dekatnya untuk menduduki jabatan penting.

Ia juga seorang perintis. Pada September 1883, ratu mendirikan sekolah Bahasa Inggris dengan guru dari Amerika Serikat. Myeongseong juga memprakarsai akademi perempuan di Kora -- yang kini menjadi Universitas Ewha.

Pada Juli tahun yang sama, ia mengirimkan utusan yang dipimpin Min Yeong-ik, salah satu kerabatnya. Rombongan sempat makan malam bersama Presiden Chester A Arthur.

Ratu Korea Myeongseong yang dibunuh secara sadis di istananya (Wikipedia)

Meski sempat tak cocok di awal pernikahan, kematian Ratu Myeongseong membuat sang raja berduka. Ia kehilangan sandaran dan sosok cerdas yang membantunya pada masa-masa sulit.

Gojong sempat mengurung diri dalam kamar selama berhari-hari. Ia juga menolak mentah-mentah usulan ayahnya dan Jepang agar status Myeongseong diturunkan dari ratu jadi orang biasa saat pemakaman.

"Aku memilih mengiris nadiku, hingga berdarah-darah, daripada mempermalukan perempuan yang telah menyelamatkan kerajaan," tukas dia.

Meski insiden telah lama meninggal, dan kerajaan Korea sudah tamat berganti republik, Ratu Myeongseong tetap hidup dalam kenangan warga. Melalui novel, film, musikal, juga drama Korea yang kepopulerannya sampai di Indonesia.

110 tahun setelah kematian sang ratu, keturunan pembunuh sang ratu yang berasal dari Prefektur Kumamoto, Kyusu mengunjungi Korea untuk minta maaf.

Kata maaf minta maaf di depan makam Myeongseong. Mewakili kakeknya.

Selain pembunuhan sang ratu, tangga 8 Oktober juga menjadi momentum sejumlah kejadian penting. Pada 2014, akan terjadi gerhana bulan total yang membuat penampakan satelit bumi tersebut semerah darah atau disebut juga 'blood moon'.

Warna 'darah' terjadi karena karena Bulan tertutup oleh bayangan Bumi, namun cahaya matahari terbiaskan hingga menimbulkan kesan kemerah-merahan.

Sementara itu, pada 8 Oktober 2005, lindu 7,6 SR mengguncang Kashmir, Pakistan. Sebanyak 73.000 orang tewas.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2yoJeSe

Bagikan Berita Ini

0 Response to "8-10-1895: Ratu Terakhir Korea dari Dinasti Joseon Tewas Dibunuh Ronin Jepang"

Post a Comment

Powered by Blogger.