Search

Geger Wacana Pemanfaatan Sperma Pria Meninggal untuk Inseminasi Buatan

Howard Smith, direktur medis pada Westmead Fertility Centre di Sydney, mengatakan dia telah melakukan prosedur ekstraksi sperma dari orang mati sekitar 10 kali.

Prosesnya menggunakan jarum untuk mengisap sperma dari epididimis yaitu tabung kecil di luar testis, atau langsung dari testis.

"Sebaiknya sperma diambil sesegera mungkin, meskipun disebutkan bahwa sperma dapat bertahan hidup selama 36 jam," jelas Dr Smith.

Langkah selanjutnya adalah mendapatkan izin mentransfer sperma yang disimpan itu dan menggunakannya untuk tujuan bayi tabung.

Dalam kasus Ayla Cresswel, dia juga sudah mendapatkan keputusan untuk bisa melakukan itu.

Namun bagi sebagian anggota keluarga, mengekstraksi sperma dari mayat tidak selalu mendapat dukungan.

meski Leith Patteson mendapat izin pengadilan misalnya, namun orangtua pasangannya Tony Deane sangat menentang tindak itu.

"Saya percaya Tony tak menginginkan anak yang dilahirkan ke dunia jika dia tak berada di sana untuk membesarkannya," kata ibu Tony, Gaye Deane.

Persoalan hak-hak anak (yang belum lahir) itu juga memimcu masalah etika.

Menurut Prof Cameron Stewart, ahli hukum medis di University of Sydney, hukum terkait pengambilan sperma orang meninggal berbeda di seluruh Australia.

Berbeda dengan Queensland, negara bagian New South Wales (NSW) memiliki UU yang mengatur teknologi reproduksi buatan. Di situ diatur perlunya persetujuan tertulis dari donor sperma.

Prof Stewart mengatakan sebuah kasus hukum pasangan muda Joel dan Yoshiko Chapman menjadi contoh rumitnya situasi hukum di NSW.

"Mereka telah menikah beberapa tahun, dan mempertimbangkan membangun keluarga," kata Prof Stewart.

Tapi pada bulan Maret tahun ini, Joel menjalani operasi darurat karena masalah kesehatan otaknya.

"Sayangnya saat operasi itu dia menderita stroke dan menghancurkan kapasitas otaknya. Dia pun dinyatakan mati otak," katanya.

Hari itu juga Yoshiko membuat permintaan untuk mengekstrak sperma dari tubuh suaminya.

Permintaan itu disetujui. Belakangan ketika dia mencoba mendapatkan sperma yang disimpan itu, kasusnya jadi lebih rumit.

Menurut hakim yang mengadili kasus ini, tidak ada persetujuan tertulis dari Joel sehingga tak ada dasar hukum yang kuat untuk itu.

Akibatnya, Yoshiko tidak bisa menggunakan sperma almarhum suaminya itu untuk menjalani program bayi tabung.

Kini Yoshiko harus mentransfer sperma Joel itu ke klinik kesuburan di negara bagian lainnya yang tidak mensyaratkan persetujuan tertulis dari donor sperma.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2zUajit

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Geger Wacana Pemanfaatan Sperma Pria Meninggal untuk Inseminasi Buatan"

Post a Comment

Powered by Blogger.