Search

Kisah Perjuangan Bidan Ratna Bantu Melahirkan di Tengah Kepungan Banjir Aceh

Sejumlah kabupaten/kota di Aceh dilanda banjir dalam seminggu terakhir. Tingginya curah hujan membuat sebagian wilayah terimbas luapan sungai. Banjir dengan ketinggian rata-rata hingga 1,5 meter itu tersebar di 9 kabupaten/kota dari total 23 kabupaten/kota di Aceh.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, dalam keterangan diterima Liputan6.com, Jumat 19 Oktober 2018, korban terdampak akibat banjir mencapai ribuan Kepala Keluarga (KK).

Di sejumlah kabupaten, sebagian warga mengungsi ke tenda-tenda darurat. Beberapa rumah terdata rusak berat. Sementara di Kabupaten Aceh Singkil, kondisi banjir tak jauh berbeda. Selain akses transportasi lumpuh, satu rumah di Desa Situbuh-tubuh, Kecamatan Danau Paris, tertimbun longsor.

Tak jauh dari pusat Kecamatan Danau Paris, atau sekitar 30 menit berkendara menuju barat, terdapat Desa Situban Makmur. Di desa itulah Ratna Berutu mengabdi sebagai seorang bidan bakti. Ia bersama sang suami, Albiner Brasa serta dua anaknya, tinggal di Pustu Situban Makmur sejak 2013 lalu.

"Saya itu SMAN 1 Gunung Meriah masuk Akbid Mitra Husada Medan. Tahun 2011. 2012 kerja di rumah sakit Singkil di ruang ICU. 2013 baru di Pustu Situban Makmur," sebutnya.

Jerihnya sebagai bidan bakti memang tak mumpuni. Beruntung, wanita kelahiran Gunung Meriah 1989 ini terbantukan oleh suami yang bekerja sebagai operator alat berat di salah satu perkebunan kelapa sawit di desanya.

"Ada upah dari Puskesmas, tapi berupa uang jasa. Uang jasa 3 bulan sekali, Rp 300 ribu. Kalau dari pasien biasanya di klaim dari BPJS pasien. Itupun bisa enam bulan sekali baru bisa diambil. Yang penting ibu dan bayinya selamat. Udah senanglah. Tak ada bantu orang buat naik jabatan," getir Ratna.

Bagi Ratna, menjadi bidan adalah pengabdian hidup. Terlebih, profesi yang digelutinya itu adalah cita-citanya sejak kecil. Kecuali itu, ia punya kisah tersendiri kenapa dirinya begitu termotivasi menjadi seorang bidan.

Ratna tidak ingin apa yang pernah dialami ibunya dialami pula oleh ibu-ibu lain. Ia pernah kehilangan adiknya yang baru mencecap udara tak lama berselang setelah dilahirkan. Kendati ada tangan takdir yang bermain, bagi Ratna, proses melahirkan tanpa bidan yang dilewati oleh sang ibu turut menjadi penyebab.

"Mungkin infeksi, karena saat itu tali pusarnya aja dipotong pakai bambu. Maklum kita di jauh di desa pelosok saat itu. Mana ada bidan," ungkapnya. Setelah kejadian itu, tergetuk di benak Ratna kecil ingin menjadi seorang bidan jika ia dewasa nanti.

"Karenanya, kejadian itu menjadi motivasi saya saat itu. Saya ingin menjadi bidan. Supaya, kalau nanti ada yang melahirkan, janganlah seperti adik saya itu. Karena waktu ibu saya melahirkan, enggak ada bidannya," ucapnya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2PIXU6t

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Kisah Perjuangan Bidan Ratna Bantu Melahirkan di Tengah Kepungan Banjir Aceh"

Post a Comment

Powered by Blogger.