:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2394635/original/054686200_1540780802-1.jpg)
Liputan6.com, Seattle - Ketika misteri penyebab tragedi jatuhnya Lion Air Penerbangan JT 610 nomor registrasi pesawat PK-LQP pada 29 Oktober 2018 lalu belum benar-benar tuntas, baru-baru ini, muncul kabar teranyar yang menyebut bahwa pihak produsen burung besi itu diduga menahan informasi terkait salah satu produknya yang celaka.
Boeing diduga menahan informasi tentang potensi bahaya pada fitur kontrol penerbangan baru yang digunakan di pesawat Boeing 737 MAX 8 (tipe pesawat yang terlibat dalam kecelakaan JT 610), menurut asosiasi pilot di Amerika Serikat.
The Allied Pilots Association (APA) mengkritik buletin operasional keamanan yang dikeluarkan pekan lalu oleh Boeing --yang difungsikan untuk memperkuat prosedur yang sudah ada dalam buku manual penerbangan pesawat Boeing 737 MAX. APA menilai, Boeing menahan informasi dalam buletin tersebut.
"Mereka (Boeing) tidak menyajikan semua informasi yang dibutuhkan untuk menerbangkan pesawat itu (737 MAX)," kata Kapten Dennis Tajer, juru bicara untuk APA, seperti dilansir CNN pada 14 November 2018.
"Buletin itu tidak mengonfirmasi, tidak mencerahkan, dan tidak memberikan informasi baru," tambahnya.
Buletin itu tidak memberikan penjelasan kepada pilot bahwa ketika komputer pesawat mendeteksi pesawat berada dalam kondisi stall, hal itu akan secara otomatis memicu respons, seperti menurunkan hidung pesawat (nosedive), untuk mencegah atau keluar kondisi stall.
_____________________
Dalam dinamika fluida, stall adalah pengurangan koefisien gaya lift yang dihasilkan oleh foil sebagai angle of attack (AOA) yang bertambah dari batas normal. Hal ini terjadi ketika sudut kritis AOA pada foil itu telah melewati batas wajar.
Demi keluar dari stall, pilot biasanya meningkatkan AOA dan melebih sudut kritis AOA dengan tujuan untuk memperlambat kecepatan stall dalam level flight.
Namun, jika langkah antisipasi tidak dilakukan, kondisi stall mengakibatkan airflow menjadi terpisah dari airfoil. Itu akan memicu pesawat mengalami hentakan (buffeting) atau perubahan attitude (perubahan pada rotasi tiga dimensi sudut) --yang salah satunya adalah penurunan altitude secara mendadak.
_____________________
Lebih lanjut, APA mengatakan bahwa informasi seperti itu adalah hal yang sangat penting untuk para pilot. Namun, pihak Boeing tidak pernah menginformasikan hal itu kepada mereka.
"Fakta bahwa hal itu belum diinformasikan kepada pilot adalah yang harus kita pertanyakan kepada Boeing saat ini."
Di sisi lain, Federal Aviatian Administration (FAA) atau Badan Aviasi Federal AS mengatakan belum akan melakukan penyelidikan secara terpisah terkait laporan itu.
Kendati demikain, FAA ikut terlibat dalam penyelidikan seputar jatuhunya Lion Air JT 610 PK LQP, dalam kapasitasnya sebagai penasihat dan berada di bawah koordinasi KNKT RI.
Apa yang menarik dari laporan APA adalah, bahwa hal itu selaras dengan komentar penyelidik FAA yang terlibat dalam investigasi JT 610, menurut laporan The Wall Street Journal.
"Sistem otomatis pencegah kondisi stall pada Boeing 737 tipe MAX 8 dan MAX 9 berada dalam kondisi yang tidak normal yang mampu memicu sensor memberikan informasi kepada pilot untuk melakukan nosedive secara mendadak dan di luar batas wajar. Hal itu bisa mengakibatkan kru pesawat melakukan nosedive tanpa mampu mengangkat (pesawat)-nya lagi."
Boeing telah mengatakan kepada maskapai penerbangan --yang menggunakan tipe MAX-- bahwa situasi seperti itu "dapat menyebabkan penukikan tajam dan penurunan altitude secara curam, bahkan, jika pilot secara manual menerbangkannya."
Simak video pilihan berikut:
Basarnas mengirim 22 kantong jenazah korban Lion Air JT 610 ke rumah sakit Polri.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Boeing Sembunyikan Informasi Terkait Pesawat Lion Air yang Jatuh?"
Post a Comment