:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2450379/original/005821200_1543047523-DURIAN_BANYUMAS-Muhamad_Ridlo.jpg)
Salah satu masalah petani adalah hama penggerek batang. Saat penggerek batang menyerang, maka pohon akan mengering dan mati.
Masalah ini lantas membuat sejumlah petani di Kemranjen Banyumas menciptakan durian berbatang bawah lebih dari satu dengan teknik yang disebut Sarakapita. Caranya, tiga bibit durian ditanam bersamaan kemudian digabung menjadi satu pohon.
"Itu yang menemukan itu Pak Sarno, yang guru SD itu. Itu adalah penemuan lokal," ucapnya.
Belakangan, teknik ini banyak digunakan untuk menanam durian agar cepat tumbuh, cepat berbuah dan relatif resisten terhadap serangan hama dan penyakit.
Seorang petani di Alasmalang, Kemranjen Hazik mengatakan, sarakapita adalah teknik okulasi dengan menggabungkan tiga atau lebih batang tanaman unggul saat bibit duren masih berusia muda, antara 1,5 bulan hingga tiga bulan. Dari tiga batang ini, satu batang utama dipilih saat batang sudah menyatu.
Dari teknik okulasi ini dihasilkan durian berkaki tiga yang tampak seperti perakaran tanaman bakau. Durian sarakapita diklaim mampu tumbuh lebih cepat dari biasanya.
Biasanya durian unggulan baru berbuah normal pada usia tujuh hingga delapan tahun. Tetapi, durian teknik sarakapita bisa menghasilkan buah terbaik lebih awal, sekitar umur empat tahun.
Hazik menjelaskan, semua jenis durian bisa ditanam dengan teknik sarakapita. Di Alasmalang, terdapat puluhan jenis durian jenis unggul yang dikembangkan dengan teknik ini. Antara lain, cani, montong, bawor, petruk, dan sejumlah varian durian lokal.
"Sebenarnya durian Bawor biasa, cuma dibawahnya ditambahi kaki-kaki, jadi kakinya lebih banyak. Kakinya minimal tiga, ada juga yang tujuh, sebelas, ada yang limabelas, tergantung variasi," dia menerangkan.
Tokoh petani Alasmalang, Banyumas, Hazik menambahkan selain pengembangan teknik okulasi sarakapita, petani Alasmalang juga membudidayakan durian dengan cara ramah lingkungan.
Menurut dia, pupuk organik bakal menghasilkan rasa yang lebih manis, legit dan beraroma kuat. Budidaya organik juga mengurangi potensi ambrolnya buah muda. Selain itu, masa produksi pohon bisa diperpanjang sehingga bisa berumur 30 hingga 50 tahun.
"Kalau buah itu tergantung perawatan dan pemupukan. Kalau petani sini lebih banyak yang organik. Kalau organik itu lebih manis jelas, dan pohonnya lebih awet biasanya," dia menerangkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dengan mengunjungi kampung durian di Blotongan, Salatiga, Jawa Tengah pengunjung bisa menikmati durian dengan memilih langsung dari pohon.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hikayat Mbah Kromo dan Durian Berkaki Tiga di Banyumas"
Post a Comment