Search

Kisah Kejayaan Kerajinan Gerabah dan Semangat Miskad yang Tak Pernah Padam

Liputan6.com, Cirebon - Miskad (73), kakek asal Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat masih semangat menghasilkan puluhan karya seni yang terbuat dari tanah liat.

Miskad dikenal sebagai pengrajin Gerabah paling sepuh. Meski tubuhnya semakin rapuh, semangat Miskad berkreasi tak pernah padam. Keluarganya pun hidup dari hasil pembuatan gerabah.

"Sudah turun temurun dan sekarang masuk generasi ketiga saya sendiri belajar dengan orang tua saya," kata Miskad, Jumat 23 November 2018.

Miskad belajar membuat kerajinan gerabah di era Presiden Sukarno. Dia mengatakan, saat itu, Desa Sitiwinangun menjadi salah satu kawasan yang padat aktivitas.

"Setiap hari ada saja yang pesan di zaman penjajahan dulu ya saya tahunya belajar membuat gerabah saja," kata dia.

Masa kejayaan sentra Gerabah Desa Sitiwinangun Kabupaten Cirebon mulai terasa dari tahun 1980 sampai 1990. Perekonomian pengrajin gerabah mengalami peningkatan signifikan saat itu.

Di era tersebut, jumlah pesanan gerabah minimal 2 truk per bulan. Hasil kerajinan gerabah dikirim ke Jakarta, Bandung dan daerah lain yang ada di Indonesia.

"Ada juga yang dikirim ke luar negeri tapi kebanyakan di luar kota karena kerajinan kami yang paling dikenal itu Celengan Jamblang," sebut dia.

Penjualan gerabah mulai menurun memasuki sekitar tahun 1990 hingga saat ini. Namun Miskad tak mau berhenti memproduksi gerabah warisan keluarganya itu.

"Pokoknya saya buat saja akarena ini amanah orang tua juga apapun kondisinya laku tidak laku tetap saya buat menunggu pembeli," ujar dia.

Saat ini, Miskad hanya memproduksi satu kerajinan gerabah dalam bentuk celengan maupun gentong. Miskad mengandalkan sisa kerajinan gerabah yang tersimpan dirumah untuk dijual.

Harga kerajinan gerabah yang dibuat Miskad dibanderol dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 750 ribu. Miskad menyebut hanya memiliki satu pelanggan setia di tengah era modern ini. "Pelanggan orang Solo ada fotonya di rumah," sebut dia.

Dia menyebutkan, modal pembuatan gerabah saat ini bisa mencapai Rp 1 juta. Modal itu untuk membeli bahan seperti pasir, tanah liat, jerami, karet ban.

Dalam pembuatan gerabah, Miskad menggunakan teknik hand wheel. Sementara, untuk proses pembakaran gerabah bisa memakan waktu selama satu hingga dua jam.

"Pembakarannya sebulan sekali, agar lebih efektif dan yang sudah jadi dikumpulkan dulu, terus dibakar," kata Miskad.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2AgJsvU

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Kisah Kejayaan Kerajinan Gerabah dan Semangat Miskad yang Tak Pernah Padam"

Post a Comment

Powered by Blogger.