Pelaksanaan mandi safar menggunakan kelengkapan cukup rumit. Mulai dari tepung beras, kayu ulin, hingga daun jeruk. Tepung beras itu dicampur dengan kayu ulin dan daun jeruk, kemudian diusap ke wajah sebelum turun ke laut.
Tetua Kampung akan memimpin ritual mandi safar ini. Kali ini dipimpin seorang kakek berusia 64 tahun, Seno bin Asnan. Menurutnya tradisi sudah dilakukan turun temurun.
"Kali ini ada 36 Kepala Keluarga yang turut serta mengikuti ritual mandi safar," kata Seno.
Untuk ritual mandi tak bisa dilakukan sembarangan. Sesuai hukum adat, harus dilakukan acara Kadi terlebih dahulu. Kadi adalah upacara untuk menentukan tempat mandi. Kemudian warga menyiapkan segala piranti sebagai syarat wajib pelaksanaan mandi.
"Warga yang hendak terlibat hingga prosesi mandi, harus seizin orangtua yang paham dengan kampungnya. Penentuan tempat mandi juga harus permisi karena selain manusia, ada warga lain. Alam ini tak hanya dihuni manusia, sehingga harus permisi," kata Seno.
Setelah semuanya siap, masyarakat diarahkan untuk menyelam ke arah laut sebanyak tiga kali. Kemudian menyelam lagi ke arah daratan sebanyak tiga kali. Usai menyelam, harus mengikuti doa bersama.
Mandi safar rutin dijalankan warga Kampung Terih setiap tahunnya. Banyak simbol budaya yang menyiratkan sebagai manusia yang kokoh dalam berbudaya.
Kesucian disimbolkan warna putih tepung beras. Kerasnya kehidupan disimbolkan kayu ulin yang warna merah. Namun semua harus disertai sifat-sifat baik yang disimbolkan dengan harum daun jeruk.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2qzNjjmBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengenal Mandi Penolak Petaka di Kampung Terih"
Post a Comment