Search

Mengunjungi Pasir Pahlawan Oto Iskandar Dinata di Lembang Bandung

Ayah Oto adalah keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja, yang setelah pulang dari ibadah haji berganti nama menjadi R.H. Adam Rakhmat, ibunya bernama Siti Hadijah. Oto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara.

Sudah menjadi cerita yang banyak diketahui orang jika tokoh nasionalis ini juga menggemari sepak bola. Kesenangannya pada sepak bola sudah terasah sejak kecil.

Dalam segi pendidikan, Oto sempat mengenyam bangku sekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung dan melanjutkan pendidikan di Kweek-school Onder-bouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) yang merupakan sekolah berasrama di Bandung.

Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yg menonjol dari Oto. Suka berontak, tetapi selalu menunjukkan prestasinya.

Setelah lulus, Oto melanjutkan di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Semakin matang pula pribadi Oto, dengan memiliki rasa keingintahuan tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan tentang kecaman kecaman terhadap Belanda, muncul lah sikap berontak Oto untuk memperjuangkan hak bangsanya sendiri.

Setelah lulus dari sekolah guru, Oto mendedikasikan diri sebagai guru, yang menjadi cita-cita Oto sejak kecil.

Ia juga pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa menyelamatkan rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan pengusaha Belanda.

Tak bisa di pungkiri, Oto lah orang yang pertama mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan hak rakyatnya.

Suami dari Soekirah, putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12 orang anak. Keahliannya dalam orasi dan menulis adalah sosok yang tepat untuk menggambarkan Oto.

Dalam Kongres Paguyuban Pasundan yang berlangsung di Bandung pada bulan Desember 1929, Oto terpilih menjadi ketua pengurus besar Paguyuban Pasundan. Sebagai wakil dari Paguyuban Pasundan, Oto Iskandar Dinata terpilih menjadi anggota Volksraad, selain aktif juga dalam Permupakatan Perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia (PPPKI) serta Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Dalam sidang-sidang Volksraad, Oto terkenal dengan ucapan-ucapannya yang tajam dan berani. Tidak jarang ia terlibat dalam suatu perdebatan dengan Belanda.

Namun, kematiannya masih misterius hingga saat ini. Tanggal 20 Desember 1945 adalah hari ditetapkan sebagai hari wafatnya Oto akibat dari korban "Laskar Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah ditemukan jenazahnya.

Untuk mengenang jasanya, segumpal tanah pasir pantai Mauk dibawa sebagai simbol jasad Si Jalak Harupat ke makam Pasir Pahlawan di Lembang. Pasir itu kini menyatu dengan tanah di komplek pemakaman tepatnya di sebuah lingkaran yang berada di depan monumen.

Oto Iskandar Dinata ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

Julukan Si Jalak Harupat pun disematkan padanya lantaran punya spirit bak ayam jago. Ayam itu konon merupakan ayam yang kuat, pemberani, ketika berkokok bersuara yang merdu, selalu menang saat diadu.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2Fgd7uZ

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mengunjungi Pasir Pahlawan Oto Iskandar Dinata di Lembang Bandung"

Post a Comment

Powered by Blogger.