Search

Ketika Kontraktor Cina Membangun Masjid Baiturrahman Aceh

Untuk mengambil hati Rakyat Aceh, Belanda berencana membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman. Seorang Letnan asal Cina bernama Lie A Sie punya andil besar dalam proyek yang memakan anggaran sebesar ƒ. 203.000 itu.

"J. Kremeer dalam buku De Groote Moskee te Koeta Radja dalam Nederlandsch Indie Ouden Nieuw tahun 1920, Pemerintah Kolonial Belanda melalui Departemen van Burgelijke Openbare Werken, yakni Departemen Pekerjaan Umum di Batavia, arsitek Bruins diperintah membuat rancangan masjid," jelas Ali, pemerhati sejarah Aceh.

Bruins tidak bekerja sendiri. Ia dibantu Opdizchter LP. Luyks dan beberapa insinyur dari Batavia. Bruins Cs menjumpai seorang ulama di Garut, Jawa Barat. Mereka meminta saran, agar, rancang bangun masjid yang hendak dikerjakan tidak  bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

"Mengenai tahapan lebih lengkap tentang pembangunan Masjid Raya Baiturrahman digambarkan oleh J. Staal dalam buku De Missigit Raya in Atjeh. Buku ini diterbitkan oleh De Indische Gids pada tahun 1882," sebut Ali.

Proyek pengerjaan Masjid Raya Baiturrahman tidaklah mudah. Saat itu, tidak ada kontraktor yang mau datang ke Aceh, karena perang masih berkecamuk. Tidak hanya itu, tenaga kerja juga minim. Tidak ada Rakyat Aceh yang mau diajak bekerja. Hal ini, karena Rakyat Aceh lebih memilih berperang daripada bekerja pada proyek Belanda.

"Belanda mendatangkan tenaga kerja dari Cina. Ketika para pekerja hendak dimobilisasi ke Aceh masalah lain muncul. Para kontraktor di Jawa yang ikut tender mulai mengundurkan diri. Takut perang, pascaterbit surat kabar memberitakan tentang Perang Aceh," kata Ali.

Di saat itulah seorang Letnan asal Cina bernama Lie A Sie muncul. Dia membawa para pekerja Cina ke Aceh dan mengerjakan proyek pembangunan masjid. Jumlah yang dianggarkan untuk pembangunan tidaklah kecil. Namun, saat itu, Belanda ingin merebut simpati Rakyat Aceh. Atas persetujuan Ratu dan Pangeran di Belanda, anggaran sebesar ƒ. 203.000 digelontorkan.

Anggaran sebesar itu dimanfaatkan dengan baik oleh Lie A Sie. Dia mengimpor bahan bangunan dari luar negeri. Besi untuk jendela diimpor dari Belgia, batu pualam untuk tangga dari Cina, batu bata dikirim dari Belanda dengan kapal uap, kayu dari Birman (Muolmein), sementara kapur untuk cat bangunan didatangkan dari Malaysia. Hanya kerangka besi yang didatangkan dari Surabaya. Pada peletakan batu pertama, Gubernur Militer Hindia Belanda Jenderal Van Der Heyden hadir.

Dalam perjalanannya, pembangunan kembali Masjid Raya Baiturrahman sempat terhenti karena perang belum juga reda. Secara sporadis, berbagai serangan masih terus dilakukan para pejuang Aceh. Bivak (pondok/tempat bermalam) para prajurit Belanda yang ada di sekitar lokasi pembangunan masjid tak luput dari serangan.

Masjid Raya Baiturrahman selesai dikerjakan pada tahun 1881. Serah terima dilakukan Gubernur A Pruys Van Der Hoeven pada 27 Desember 1881 kepada T. Kali Malikul Adil, secara simbolis melalui penyerahan kunci. Peresmian masjid ditandai dengan tembakan meriam sebanyak 13 kali, saat itu.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2zRdE15

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ketika Kontraktor Cina Membangun Masjid Baiturrahman Aceh"

Post a Comment

Powered by Blogger.