Penegasan Korea Utara mengenai posisinya tentang denuklirisasi dapat menjadi kemunduran besar bagi diplomasi, yang dihidupkan kembali awal tahun ini menyusul serangkaian uji coba nuklir dan rudal yang provokatif yang menyebabkan Kim dan Trump menghabiskan sebagian besar tahun 2017 untuk saling bertukar ancaman.
Pernyataan itu juga dapat membahayakan rencana Trump untuk mengadakan KTT kedua dengan Kim awal tahun 2019, karena, akan sulit bagi Amerika Serikat untuk mendorong perundingan lebih lanjut jika Korea Utara menghubungkan masa depan nuklirnya dengan kehadiran militer AS di Selatan, kata para analis.
Pernyataan itu juga memperburuk masalah kredibilitas yang dihadapi pemerintah liberal Korea Selatan atas klaimnya bahwa Kim benar-benar tertarik untuk merundingkan senjata nuklirnya.
Korea Selatan, yang melobi keras untuk pertemuan Trump-Kim, telah mencoba untuk menciptakan kesan bahwa segala sesuatu bergerak menuju denuklirisasi, dengan Presiden Moon Jae-in mengatakan bahwa Kim tidak meminta penarikan pasukan AS dari Korea Semenanjung sebagai prasyarat untuk meninggalkan senjata nuklirnya.
Namun, Kim, yang bertemu Moon tiga kali tahun ini dengan dorongan diplomatik, tidak pernah berkomentar di depan publik.
"Pernyataan itu (KCNA) bisa menjadi indikator bahwa Korea Utara tidak berniat untuk kembali ke meja perundingan dalam waktu dekat," kata Shin Beomchul, seorang analis senior di Asan Institute for Policy Studies berbasis di Seoul.
"Jelas bahwa Korea Utara bermaksud untuk mempertahankan nuklirnya dan mengubah proses diplomatik menjadi negosiasi pengurangan senjata bilateral dengan Amerika Serikat, daripada proses di mana secara sepihak menyerahkan programnya."
Negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang terhenti sejak pertemuan Trump-Kim. Amerika Serikat ingin Korea Utara menyediakan laporan terperinci mengenai fasilitas nuklir dan rudal yang akan diperiksa dan dibongkar di bawah kesepakatan potensial, sementara Korea Utara mendesak agar sanksi dicabut terlebih dahulu.
Sebelum pernyataan dari KCNA itu muncul, Stephen Biegun, utusan khusus pemerintahan Trump untuk Korea Utara, mengatakan kepada wartawan di Korea Selatan bahwa Washington sedang meninjau pelonggaran pembatasan perjalanan ke Korea Utara, untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan untuk membantu menyelesaikan kebuntuan dalam negosiasi nuklir.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2A7z0aUBagikan Berita Ini
0 Response to "Korut: Jika Ingin Denuklirisasi, AS Harus Lebih Dulu Lucuti Senjata Nuklir"
Post a Comment