:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2558413/original/095169800_1546075816-Eksgalianpita1.jpeg)
Jika ditilik, perseteruan antara warga sekitar tambang, dengan perusahaan, dan civil society --sebagai sayap perlawanan-- sudah berlangsung tahunan. Alot dan penuh intrik.
Disebut alot, karena gerakan menentang keberadaan perusahaan sudah berlangsung pada 2014 lalu. Saat itu, truk-truk hauling pengangkut batubara masih hilir mudik di tengah kota karena belum memiliki pelabuhan sendiri.
Di ujung 2014, warga Desa Ujung Kalak yang saat itu berada di jalur lintasan truk memblokade jalan. Hal sama dilakukan oleh warga Desa Suak Indra Puri, dengan mendirikan tenda di tengah jalur lintasan dibantu mahasiswa.
Masalah ini disebut penuh intrik, karena, advokasi yang dilakukan adakalanya terbentur kepentingan sejumlah kelompok, yang awalnya mencecar, lalu berbalik mendukung. Diskursus untung- rugi soal kehadiran perusahaan berjalan dengan dinamikanya sendiri, seiring untung-rugi para pihak yang ambil keuntungan.
Saat ini, civil society yang meniti jalan pedang itu hanya beberapa saja. Mereka yang 'melawan' ini pun tak lepas dari rintangan. Terlebih, tiba-tiba warga yang berada di wilayah konsesi tambang namun tidak terdampak ikut bicara.
Sebagai catatan, keberadaan perusahaan bagi masyarakat di area konsesi tambang ini bak dua kutub magnet yang saling bertolakan. Pro kontra saling berseliweran.
"Itu semua tidak benar adanya," sanggah Budiman, kepala desa yang dekat dengan lokasi tambang, namun sangat jauh dari desa lokasi stockpile dimana dugaan pencemaran lingkungan mencuat.
Berseberangan dengan Kepala Desa Reudeup itu, adalah Yatno. Warga Kampung Suak Puntong, Kecamatan Meureubo, Yatno (45) menuturkan keluh-kesahnya selama tinggal dekat stockpile atau lokasi penumpukan batubara perusahaan.
"Tidak perlu panjang lebarlah saya jelaskan. Kalau ada yang bilang bohong, silahkan tinggal saja di desa kami itu. Seminggu saja mas, kalau sanggup. Kalau ngotot," keluhnya, yang terpaksa menutup usaha karena tidak ada yang mau singgah di warungnya.
Ketua Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (SMUR) Aceh Barat turut mengeluarkan pernyataan yang senarai dengan Yatno. SMUR adalah lembaga ekstra kampus yang sejak 2014 lalu masih mengadvokasi masalah ini.
Menurut Masykur, keberadaan pemukiman penduduk yang tidak jauh dari stockpile adalah konsekuensi logis, bahwa debu dari lokasi dimana batubara ditumpuk, merambat ke pemukiman sekitar.
"Fakta di lapangan, pencemaran debu batubara yang bersumber dari stockpile perusahaan di desa Peunaga Cut Ujong berjarak beberapa puluhan meter saja dari pemukiman warga," kata Masykur.
Desa Peunaga Cut Ujong masuk dalam wilayah Ring 1 yang berhadapan langsung stockpile lokasi penumpukan batubara. Sementara itu Desa Balee, Bukit, Jaya, Buloh, Reudeup, dan Sumber Batu ---yang juga Ring 1-- berada di dekat lokasi tambang, namun sangat jauh dari lokasi dimana batubara ditumpuk.
Selama ini, warga yang protes adalah warga Desa Peunaga Cut Ujong, diikuti oleh tetangganya yakni Desa Suak Puntog dari Dusun Geulanggang Meurak. Desa ini tidak masuk dalam area konsesi karena berada di perbatasan, namun, disebut-sebut terdampak paparan, faktor lokasinya yang saling berdekatan.
Sebagai catatan tambahan, perusahaan dimaksud memiliki luas wilayah konsesi 3.134 hektar. Perusahaan digadang-gadang telah mendapat Sertifikat Clean and Clear (CnC) Nomor 234/Bb/03/2014.
Berdasarkan laporan cadangan dan sumber daya batubara sesuai standard JORC dikeluarkan PT Runge Indonesia pada Juli 2011, perusahaan memiliki potensi cadangan batubara sebesar 383 juta mt. Kualitas batubara yang dikenal dengan 'solution coal'.
Menurut catatan kementerian terkait, Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi cadangan sumberdaya batubara sebesar 1,7 mt. Sumberdaya batubara yang telah diketahui sebesar 600 juta ton dan total cadangan sebesar 400 juta ton.
Batubara di Kabupaten Aceh Barat berkalori rendah yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu, Meureubo, Woyla Induk, Woyla Barat, Woyla Timur, Kaway XVI, Samatiga dan Pante Ceuremen.
Saksikan video pilihan berikut ini:
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2QZGR4LBagikan Berita Ini
0 Response to "Sengkarut Dugaan Pencemaran Lingkungan di Balik Tambang Batu Bara"
Post a Comment