:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2556321/original/013125100_1545819595-IMG_20181226_160335.jpg)
Cerita Maman, Pekanbaru menjelang tahun 1988 tak ada pembuat terompet. Barulah setelah dirinya datang bersama belasan perantau lainnya, ada pembuat terompet hingga pesanannya sampai ke luar kota.
"Kini jarang lagi pemesan dari luar kota, dari Kota Pekanbaru saja adanya, itupun sudah berkurang drastis. Ini stok tahun lalu masih ada," jelas Maman.
Semasa jayanya Kampung Terompet, Maman sudah mempersiapkan terompet sejak April. Namun kini, Maman dan sisa rumah aktif memproduksi terompet baru mempersiapkan terompet pada awal November.
"Dulu untuk membuatnya harus dibantu anak, rumah lain ada yang menyewa orang. Kalau sekarang sendiri saja sudah bisa," sebut pria yang juga nyambi jualan aneka ragam balon ini.
Untuk pendapatan, Maman enggan bercerita. Yang jelas, kata Maman, penjualan saat ini hanya bisa menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dibantu istrinya berjualan jamu keliling.
"Dulu bisa ngirim uang ke keluarga di Jawa sana, sekarang udah jarang. Meski demikian, saya akan tetap membuat terompet tiap tahunnya," imbuh Maman.
Setiap terompet yang keluar dari rumah Maman dipatok Rp 7 ribu per buahnya. Terompet ini kalau sudah sampai ke pengecer biasanya dijual Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per buah, tergantung jenisnya.
"Kalau saya tetap saja Rp 7 ribu, apapun jenis dan ukurannya," ucap Maman.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Jelang pergantian tahun banyak bermunculan penjual terompet. Salah satunya Supardi yang terompetnya tak kalah indah dan laris dipasaran.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tergerus Zaman, Perajin Terompet Kertas di Pekanbaru Sepi Orderan"
Post a Comment