Search

Ada Oase di Balik Terminal Ledeng

Bagi Iman Soleh, seni teater merupakan sebuah wadah berkesenian yang modalnya paling primitif, yakni tubuhnya sendiri, pikiran, ucapan-ucapannya, dan tindakannya. Teater juga mengajarkan pada keberagaman sifat dan bentuk.

“Di mata saya seni teater merupakan bentuk kesenian yang paling jujur dibandingkan seni yang lain. Bisa menjadi penyadaran, bahkan perlawanan bagi banyak hal,” ungkap Iman Soleh.

Setelah merasakan nyantri di berbagai komunitas, Iman Soleh dalam kurun waktu 1998 hingga 2006 berkesempatan mempelajari seni teater di berbagai negara Asia dan Eropa, antara lain ia pernah belajar di Jepang, Philipina, dan Prancis.

Bahkan, komunitas CCL pada 2007 juga pernah pentas di Lahore, Pakistan, serta berkolaborasi dalam pentas keliling bersama Sidetrack Theater dalam produksi The Tangled Garden yang dipentaskan di Jakarta dan Australia. Bersama komunitasnya di CCL, Iman Soleh juga telah menghasilkan berbagai karya pertunjukan, antara lain Air, Passage, Water Carier, Air Burung, Nenek Moyang, Bedol Desa, Ozone, Indonesia Menggugat, dan Tanah Ode Kampung Kami.

Nama CCL sendiri muncul pada 1998 di tengah rezim represif Orde Baru, meski Iman Soleh telah menjadikan halaman rumahnya sebagai tempat berkesenian sejak 1985. "Dulu pada saat Orde Baru, kami disebutnya OTB (Organisasi Tanpa Bentuk), saya sendiri pernah dari dalam rumah ditangkap gara-gara pertunjukkan," kenang Iman Soleh sambil tertawa mengingat masa-masa itu.

Iman Soleh menyadari dan mengalami sendiri bagaimana rezim Orde Baru mencoba mengerdilkan segala bentuk kesenian rakyat. Saat itu berbagai kelompok teater yang ingin menggelar sebuah pertunjukkan harus melapor ke Polsek dan Koramil. Pihak keamanan harus tahu terlebih dahulu apa naskahnya, apa judulnya, apa isinya. Kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berserikat diredam atas nama stabilitas.

Namun Iman Soleh tetap berjuang bersama rakyat yang terbungkam, untuk tetap ‘bersuara’ lewat jalan seni teater, mengingat seni teater mampu menyatakan segala bentuk protes secara langsung. Tak dapat dipungkiri, naskah-naskah karya Iman Soleh sendiri selalu membawa suara-suara kecil masyarakat, manyajikan potongan-potongan adegan yang lekat hubungannya dengan masyarakat, sekaligus memasukkan unsur-unsur tradisi lokal Sunda ke dalam pementasan.

Sehingga pertunjukkan teater tidak menjadi sesuatu yang asing, yang asik sendiri di dalam masyarakat sebagai konteks pementasan. Tanah Ode Kampung Kami misalnya, merupakan representasi protes Iman Soleh dan komunitasnya terhadap UU pertanian di Indonesia. Petani di negeri ini, menurut Iman Soleh, tidak terjamin kesejahteraannya, padahal Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang agraris.

Petani tidak memiliki tanah, kalau pun punya, mereka dihadapkan dengan persoalan lain, yaitu menjual tanah atau selamanya menjadi petani walaupun tidak sejahtera. Alhasil Indonesia akan selalu mengimpor beras, meskipun Indonesia sesungguhnya mampu menghadirkan ketahanan pangan yang kuat.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2VBcxMp

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Ada Oase di Balik Terminal Ledeng"

Post a Comment

Powered by Blogger.