Krisis ekonomi telah berubah menjadi demonstrasi yang menyerukan untuk mengakhiri pemerintahan Presiden Omar al-Bashir selama hampir tiga dekade.
Para pengunjuk rasa, yang mengadopsi jargon gerakan Arab Spring, terdengar meneriakkan "Rakyat menginginkan jatuhnya rezim" berulang kali.
Demonstrasi terbaru akhir-akhir ini di Khartoum adalah yang terbesar terhadap Presiden Bashir sejak ia berkuasa pada tahun 1989 dalam kudeta militer yang didukung kelompok politik dan militan Islam.
Dan banyak hal telah berubah menjadi mematikan. Para pejabat mengatakan 19 orang telah tewas setelah pasukan keamanan berusaha memadamkan protes, tetapi kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan mereka memiliki laporan yang kredibel bahwa 37 pengunjuk rasa tewas.
Banyak pendukung oposisi telah ditangkap dan wartawan telah ditahan dan menjadi target kekerasan akibat meliput demonstrasi.
Ini semua telah meningkatkan tekanan pada Presiden Bashir yang berusia 75 tahun, di mana orang mengatakan ia telah tampak lelah dan agak bingung ketika berbicara kepada para perwira polisi topnya sepekan lalu.
Presiden Bashir mendesak mereka untuk menggunakan kekuatan yang lebih sedikit terhadap para pengunjuk rasa, tetapi, kemudian menyatakan pernyataan kontradiktif nan misterius yang mengisyaratkan bahwa ia memberi lampu hijau kepada aparat keamanan untuk penanggulangan demonstrasi yang lebih brutal.
Keesokan harinya, ribuan orang berbaris di pusat kota Khartoum, tiga orang ditembak di kepala dan satu dokter ditembak di pahanya oleh penembak jitu, kata para aktivis.
Di sisi lain, pemerintah menuduh beberapa orang dari wilayah barat Darfur berada di belakang protes dan melakukan tindakan sabotase dan perusakan.
"Sekelompok mahasiswa muda keturunan non-Arab di Darfur ditangkap dan diduga mereka sedang dilatih oleh dinas rahasia Israel untuk menyabot negara. Teman-teman mereka telah membantah ini dan menuduh pemerintah menggunakan mereka sebagai kambing hitam," kata Zeinab Mohammed Salih melaporkan di Ibu Kota Khartoum, sebagaimana dilansir BBC.
Dalam solidaritas dengan para mahasiswa yang ditangkap, para pengunjuk rasa telah menambahkan nyanyian baru selama demonstrasi mereka, berteriak, "Kamu rasis yang sombong, kita semua adalah warga Darfur."
Presiden Bashir telah menjanjikan kenaikan gaji untuk pegawai negeri sipil dalam upaya untuk meringankan masalah, tetapi ini dianggap tidak efektif tanpa mengatasi penyebab krisis yang paling mendasar: melambungnya harga kebutuhan pokok.
Pada Rabu 9 Januari 2019, ia mengangkat topik soal Suriah sebagai peringatan saat berpidato di depan kerumunan pendukungnya di Khartoum, mengatakan ketidakstabilan di Sudan dapat membuat mereka menjadi pengungsi sebagaimana di Suriah.
Tetapi negara itu telah berjuang secara ekonomi selama beberapa tahun, dan masalahnya diperburuk dengan pemisahan diri Sudan Selatan pada 2011, yang memiliki tiga perempat dari produksi minyak negara itu.
Sudan juga telah terisolasi secara internasonal dan perekonomian mereka belum membaik, meski negara itu telah lepas dari sanksi ekonomi Amerika Serikat pada 2017 lalu.
AS sebelumnya menerapkan sanksi setelah menuduh Sudan mendukung dan menampung bos kelompok teroris Al-Qaeda, Osama bin Laden medio 1990-an.
Upaya oleh presiden untuk menemukan sekutu baru, melalui mengunjungi presiden Suriah yang diperangi dan mengirim pasukan untuk mendukung Arab Saudi, juga tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, suasana di Khartoum telah berubah sejak awal demonstrasi beberapa pekan lalu.
"Ada rasa takut. Beberapa perempuan mengatakan mereka telah berhenti keluar karena mereka tidak ingin anak-anak mereka meninggalkan rumah dan bergabung dengan protes seperti yang terjadi selama demonstrasi anti-pemerintah lima tahun lalu," kata Zeinab Mohammed Salih melaporkan di Ibu Kota Khartoum, sebagaimana dilansir BBC.
Namun ada juga keberanian. Orang-orang terdengar berteriak kepada para perwira bersenjata yang memandang mereka dari atap gedung: "Penembak jitu, kami bisa melihatmu!"
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2VHaiY0Bagikan Berita Ini
0 Response to "Krisis Ekonomi Sudan: Mesin ATM Tak Keluarkan Uang, Roti dan Kacang Mahal"
Post a Comment