:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1738458/original/058425200_1507880636-TNUK1.jpg)
Matahari terbenam di ufuk barat, berpadu dengan kejernihan air laut, diakuinya sangat indah kala itu. Cuaca cerah dan tenangnya ombak laut.
"Terlihat di Pulau badul ada banyak orang yang berkemah, dan kita pun hanya bersapa lewat lambayan tangan, biar pun enggak kenal," ujarnya.
Sampailah dia di dermaga Sumur, sekitar pukul 18.30 WIB, Sabtu 22 Desember 2018. Dandy dan 23 wisawatan lainnya pun berkemas-kemas dan segera menuju lokasi penginapan.
Tak ada tanda apa pun malam itu, Ujung Kulon masih tampak indah dengan keasrian alamnya. Hanya dentuman Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terdengar lebih nyaring malam itu, meski dianggap biasa oleh warga sekitar.
"Setelah itu tsunami datang dan menghancurkan semuanya. Rumah warga, kapal, tempat usaha, dan banyak korban tentunya. Termasuk yang kamping di Pulau Badul. Dari banyaknya orang di sana yang selamat hanya tiga orang," jelasnya.
Pulau Badul, yang dulu hijau dengan pepohanan, kini telah hilang, nyaris tak tersisa. Hanya terlihat tumpukkan pasir, akibat diterjang ganasnya gelombang tsunami yang diduga berasal dari runtuhan material Gunung Anak Krakatau.
Dandy bersama anak muda di kampungnya dan Pokdarwis Ujung Kulon, berusaha bangkit. Selain rumah tinggal mereka telah luluh lantak, ada beberapa anggota Pokdarwis yang menjadi korban.
Usai merapikan rumah tinggal dan membantu sesama korban tsunami Selat Sunda, dia bersama pemuda lainnya berjanji akan membangkitkan kembali wisata Ujung Kulon sekaligus melestarikan alamnya kembali.
"Terutama pemanfaatan destinasi yang mungkin sekarang sudah dibilang hancur, tapi akan menjadi destinasi bagus nantinya," dia berharap.
Simak video pilihan berikut ini:
Seorang pria selamat dari tsunami Selat Sunda.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sisa-Sisa Keindahan Taman Nasional Ujung Kulon Usai Tsunami Selat Sunda"
Post a Comment