![](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/48ng5HRVw1RN6d2WF9l9AjYslxk=/673x379/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2755334/original/024751800_1552985139-papua1_h.jpg)
Yutius Enumi (30) warga BTN Sosial Taruna selalu bersyukur dengan kehidupan yang Tuhan berikan hingga saat ini. Yutius menjadi salah seorang korban selamat dalam musibah banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu malam, 16 Maret 2019.
Hujan besar yang melanda Sentani saat itu, membuat perasaan Yutius tak nyaman untuk tidur. "Sa (saya) gelisah. Kebetulan hari itu saya di rumah sendiri. Anak dan istri sedang berada di Sentani," kata Yutius. Yutius pun keluar rumah, bermaksud untuk mengungsi. Apalagi ia telah mendengar suara gemuruh dari gunung Cycloop yang membat dirinya tambah ketakutan.
"Belum lagi keluar pintu, arus air sudah kencang dari belakang rumah. Saya berlari untuk menyelamatkan diri. Saya jatuh dan terus berlari saat itu," kata Yutius. Ia bahkan mengaku banyak mendengar suara teriakan orang minta tolong. "Ada suara ibu dan anak-anak. Malam itu sangat menakutkan. Saya mau menolong tapi saya juga kesulitan," ujarnya.
Permukiman BTN Sosial Taruna memang berada di atas Kantor Bupati Jayapura. Perumahan itu tepat berada di kaki gunung Cycloop. "Banyak korban di atas sana," kata Yutius yang saat ini berada di RS Bhayangkara, karena mengalami memar pada bagian dahi kiri dan patah tulang pada lengan kirinya.
Data dari RS Bhayangkara menyebutkan pada hari pertama bencana, terdapat 21 korban yang dirawat. Namun H+3 tersisa 4 orang korban yang dirawat.
"Rata-rata korban terkena luka memar, patah tulang, akibat empasan air dan terkena batu atau bongkahan kayu," kata Kabid Dokes RS Bhayangkara, Kombes Pol Ramon Amiman, Selasa (19/3/2019).
Kata Ramon, pihaknya mendapatkan bantuan 6 orang dokter forensik dalam membantu proses identifikasi jenazah korban banjir bandang. "Rata-rata jenazah dapat teridentifikasi lewat gigi dan sidik jari. Rata-rata jenazah masih utuh," jelasnya.
Menurut Ramon, kendala yang dihadapi dalam proses identifikasi adalah minimnya data dari keluarga induk, menggunakan pakaian apa, memakai properti apa, serta pernah luka di mana. Data dari RS Bhayangkara disebutkan hingga saat ini korban meninggal dunia akibat banjir bandang mencapai 87 orang. Sebanyak 69 kantong jenazah sudah berada di RS Bhayangkara.
"Sudah 33 jenazah yang berhasil diidentidfikasi, namun ada 2 yang belum diambil kelurganya dan 31 jenazah sudah diserahkan kembali ke pihak keluarga. Kami berharap kepada keluarga yang masih kehilangan saudaranya, agar bisa melapor ke RS Bhayangkara atau posko induk di Sentani," ucapnya.
Hingga kini, warga yang melapor dan kehilangan keluarganya mencapai 206 orang, dengan rincian yang melapor ke RS Bhayangkara 131 orang dan posko induk 75 orang.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2JjuE7oBagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Mereka yang Berjuang Saat Banjir Mengadang di Sentani"
Post a Comment