Sementara itu, selama beberapa dekade, para astronom mengaku belum dapat menentukan dengan tepat berat sesungguhnya galaksi Bimasakti, meski mereka memperkirakan antara 700 miliar hingga 2 triliun kali massa matahari.
"Ini seperti mencoba menyensus populasi Amerika Serikat tetapi Anda tidak bisa menggunakan internet dan Anda tidak bisa meninggalkan kota tempat Anda tinggal," kata Ekta Patel dari University of Arizona di Tucson, sebagaimana dikutip dari Live Science, Jumat 8 Maret 2019.
Menurutnya, masalah utamanya adalah sebagian besar massa galaksi tidak terlihat. Materi gelap, zat misterius yang tidak memancarkan cahaya sama sekali, adalah elemen yang membentuk sekitar 85 persen Bimasakti.
Oleh karena itu, para peneliti biasanya melihat orbit beberapa benda langit, kata Patel. Metode ini didasarkan pada persamaan gravitasi yang diturunkan oleh Isaac Newton lebih dari 300 tahun yang lalu.
Salah satu metode, yang digunakan dalam studi tahun 2017 dan diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, adalah dengan melihat galaksi satelit kecil yang berjarak ratusan ribu tahun cahaya yang mengelilingi Bimasakti, seperti halnya planet yang mengorbit bintang.
Tapi ada masalah dengan galaksi satelit ini. "Orbit mereka miliaran tahun," ungkap Patel, yang berarti bahwa setelah beberapa tahun, benda angkasa ini hampir tidak bergerak dan para peneliti tidak dapat menentukan kecepatan orbitnya.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Juni 2018 di The Astrophysical Journal, Patel dan rekan-rekannya mencoba metode baru untuk mengukur galaksi. Mereka melihat simulasi superkomputer dari alam semesta virtual, yang dapat mereproduksi banyak aspek dari kosmos kita, dan mencoba menemukan contoh galaksi kecil yang orbitannya lebih besar.
Sekitar 90.000 galaksi satelit yang disimulasikan ini kemudian dibandingkan dengan data dari sembilan galaksi sungguhan yang mengorbit di Bimasakti. Tim periset memilih yang memiliki sifat orbital paling cocok dengan galaksi satelit nyata. Mereka juga melihat massa galaksi simulasi yang dilintasi.
Metode ini memberikan perkiraan yang cukup bagus tentang massa sejati galaksi Bimasakti, yang tercatat sekitar 960 miliar kali massa matahari. Angka tersebut kemungkinan berasal dari satelit Gaia dari Badan Antariksa Eropa (ESA), yang baru-baru ini memberikan hasil pengukuran sifat orbital dari 30 galaksi kerdil yang samar, yang mengorbit di Bimasakti.
"Dengan mengaplikasikan data tersebut, bersama dengan simulasi kosmologis untuk menyempurnakan pengukuran berat, adalah sesuatu yang harus saya lakukan," ujar Patel.
Baru-baru ini, Teleskop Angkasa Luar Hubble milik NASA dan satelit Gaia menggabungkan pengamatan yang mereka lakukan tentang gugus bintang globular, atau kepulauan bintang yang mengorbit jantung galaksi.
Kedua teknologi ini menemukan bahwa Bimasakti memiliki bobot sekitar 1,5 triliun massa matahari. Angka itu, yang mungkin salah satu yang paling akurat, akan segera diterbitkan dalam edisi mendatang di The Astrophysical Journal.
"Massa galaksi akan membantu para astronom dalam banyak hal. Kami akan dapat lebih baik menghitung orbit galaksi satelit, karena ini bergantung pada massa Bimasakti. Galaksi yang lebih berat juga memiliki lebih banyak satelit yang mengorbitnya, dan sejauh ini, Hubble telah menemukan sekitar 50 galaksi yang mengelilingi Bimasakti," jelasnya.
Lantaran mereka tidak tahu persis berat galaksi, maka para ilmuwan pun tidak yakin untuk menentukan jumlah galaksi satelit yang mereka temukan. "Saya pikir dalam 10 atau 20 tahun ke depan, kita akan memiliki jawaban yang lebih baik," pungkasnya.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2CfQCSUBagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Suara yang Diterjemahkan dari Foto Teleskop Hubble NASA, Mengerikan?"
Post a Comment