:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2502707/original/042794100_1543464682-photo-1494390248081-4e521a5940db.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Sel-sel tubuh manusia hancur dan kemudian mendaur ulang bagian mereka sendiri secara terus-menerus. Pada tahun 2016, Dr. Yoshinori Ohsumi dari Jepang, menerima Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran karena berhasil menemukan mekanisme di balik proses sel-sel tersebut, yang dikenal sebagai autophagy.
Sebagian besar jaringan dalam tubuh manusia mengganti sel-sel mereka dengan yang baru secara teratur. Setiap organ membutuhkan waktu untuk memperbarui dirinya sendiri secara sepenuhnya. Namun, jaringan lain tidak pernah menggantikan sel mereka.
Ohsumi, ahli biologi sel, menghabiskan bertahun-tahun untuk mempelajari cara sel-sel manusia mendaur ulang 'sampah' mereka. Proses ini secara ilmiah dikenal sebagai autophagy yang terdiri dari kata-kata Yunani, "auto" yang berarti "diri" dan "phagein" yang dapat diterjemahkan sebagai "makan".
Dengan bantuan lisosom (organel sel berupa kantong terikat membran dan berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan), tubuh manusia dapat memecah berbagai struktur protein dan mengubahnya menjadi asam amino. Kemudian, lisosom menggunakannya untuk menghasilkan lebih banyak sel.
"Tubuh kita dapat menggunakan suplai protein sendiri yang disimpan dalam bentuk sel dan bakteri yang rusak. Rata-rata orang mengkonsumsi sekitar 70 gram protein setiap hari yang tidak cukup untuk membuat sel baru," jelas Ohsumi, sebagaimana dilansir dari Bright Side, Minggu (14/3/2019).
Saat menggunakan 'limbah protein' itu, tubuh manusia dipelihara dengan jumlah yang diperlukan. Ketika mekanisme daur ulang alami tidak berfungsi, sel-sel yang rusak dan komponennya mulai menumpuk di dalam tubuh.
"Dengan demikian, tidak mungkin untuk menetralkan sel kanker dan sel yang terinfeksi bakteri dan virus berbahaya. Itu sebabnya Anda bisa berakhir dengan banyak penyakit serius," imbuh ilmuwan Negeri Sakura itu.
Dalam seluruh penelitiannya, Ohsumi menerapkan puasa untuk merangsang tubuh agar mampu memecah sel-sel beracun dan membuang semua limbah. Ketika seseorang berpuasa, sel-sel dalam tubuhnya akan hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak energi. Tubuhnya juga memiliki lebih sedikit peradangan.
Selain itu, jika ia memilih untuk membatasi jumlah kalori yang ia konsumsi, kadar oksida nitrat dalam tubuhnya akan meningkat. Ini adalah molekul yang membantu detoksifikasi dan meremajakan tubuh.
"Puasa intermiten, yang terdiri dari periode makan dan puasa yang berganti-ganti, dapat membantu tubuh membersihkan dirinya sendiri. Selain itu, membantu menurunkan berat badan dan mempercepat metabolisme," papar Ohsumi.
Manfaat metode puasa ini untuk kesehatan manusia sangat banyak dan mencakup penurunan risiko penyakit jantung, seperti masalah neurologis dan diabetes, serta pengurangan peradangan, stres oksidatif, dan tekanan darah.
Ada banyak jenis puasa, sehingga Anda dapat memilih strategi yang Anda sukai atau yang paling sesuai dengan gaya hidup Anda. Berikut 5 di antaranya:
Saksikan video pilihan berikut ini:
Masih bingung mau masak apa sebagai menu buka puasa? Yuk, intip resep Bintang Tasty.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Mulai Dilatih untuk Puasa"
Post a Comment