:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2761760/original/091056900_1553601615-Dorban.jpg)
Liputan6.com, Serfaus - Warga Jakarta tengah diliputi kegembiraan, menyusul pengoperasian Moda Raya Terpadu (MRT) fase pertama, yang melayani rute Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia.
Akhirnya, Ibu Kota punya MRT, seperti yang dimiliki Singapura, Seoul, Tokyo, dan kota-kota besar lain di dunia.
Total 13 stasiun tersedia di MRT fase I, yang terdiri dari tujuh stasiun layang dari ruas Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja, dan selanjutnya dari Senayan hingga Bundaran HI, seluruhnya berada di bawah tanah.
MRT memang menjanjikan kenyamanan dengan kabin dan interior ruangan yang apik. Lebih dari itu, MRT menjanjikan kecepatan dan efisiensi waktu. Hanya butuh 30 menit dari Lebak Bulus untuk tiba di Bundaran HI.
Jauh sebelum Jakarta memiliki MRT, layanan serupa telah dimiliki oleh Serfaus, sebuah desa asri di lembah River Inn, Austria. Pada 1986, komunitas pedesaan damai di lereng Pegunungan Alpen Timur itu meresmikan jaringan kereta bawah tanah untuk mengakomdasi seribuan jumlah penduduknya.
Kota ini bukanlah bagian dari sebuah metropolitan, melainkan desa terpencil berjarak hampir 300 kilometer dari kota terbesar terdekat, Innsbruck. Melihat fakta tersebut, banyak orang mempertanyakan mengapa Serfaus memiliki MRT.
Serfaus sendiri merupakan salah satu kawasan resor ski terkenal di Jerman, yang memiliki lebih dari 50 hotel, sehingga membuat lalu lalang manusia yang datang berlibur di sana cukup tinggi, demikian sebagaimana dikutip dari Fascinating Maps pada Selasa (26/3/2019).
Inilah yang mendasari pemerintah Desa Serfaus membangun sistem transportasi berjuluk 'Dorfbahn', yang diterjemahkan menjadi Jaringan Rel Desa Serfaus. Panjangnya hanya 1,3 kilometer, sehingga menjadikannya sebagai jalur MRT terpendek kedua di dunia, setelah kereta bawah tanah sepanjang 570 meter di Istanbul.
Jalur ini memiliki 4 stasiun, yakni Seilbahn (kereta gantung), Zentrum (pusat desa), Kirche (gereja), dan Parkplatz (tempat parkir). Hanya ada satu rangkaian MRT yang beroperasi berdasarkan rute antar jemput.
Kereta tunggal ini berjalan di atas bantalan udara dan ditarik oleh sistem yang digerakkan kabel. Terowongannya memiliki penampang persegi panjang dengan lebar sekitar tiga meter.
Seluruh rangkaian memiliki kapasitas 270 penumpang, di mana hal itu dinilai cukup banyak jika mempertimbangkan populasi desa terkait.
Simak video pilihan berikut:
Dua orang peselancar papan (skateboard), Byron Essert dan Alex Tongue melakukan lagi aksi nekad mereka berselancar papan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Lebih Dulu dari Jakarta, Desa Terpencil Ini Punya Layanan MRT"
Post a Comment