:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2753062/original/028018000_1552760167-IMG_20190315_194557.jpg)
Selama ini, ruang gerak para WNA berstatus pengungsi ini memang dibatasi jamnya. Mereka dilengkapi kartu khusus dan harus melapor setiap pergi ke berbagai sudut kota dengan syarat harus pulang pukul 20.00 WIB.
"Mereka bisa ke mall, ikut fitnes, pusat perbelanjaan, tidak bisa dibatasi itu," ungkap Junior.
Dengan postur yang agak lebih dari WNI secara umum, ditambah parasnya yang menawan, pengungsi Afghanistan ini banyak menarik perhatian kaum hawa di Pekanbaru, termasuk yang sudah punya suami ketika sedang fitnes.
Perkenalan diawali dengan tukar nomor telepon, berlanjut ke saling menghubungi, baik melalui chatting atau telepon, hingga menyatakan ketertarikan satu dengan yang lainnya.
"Karena sudah ada yang enam tahun di Indonesia, mereka tidak sulit berkomunikasi, sudah pandai bahasa kita," jelas Junior.
Pengakuan pengungsi ini, mereka memang tulus berhubungan dengan kaum hawa di Pekanbaru, termasuk istri orang. Mereka membantah mendapatkan bayaran berhubungan dengan istri orang.
Bantahan ini, entah mereka berbohong ataupun jujur, disebut Junior sebagai penguat para WNA ini tidak menjadi gigolo di Pekanbaru. Apalagi beberapa tahun belakangan merebak isu tak sedap itu.
"Tidak dibayar mereka, bahkan mengaku berteman saja," ucap Junior.
Dalam hal ini, Rudenim juga tak punya wewenang menanyakan apakah mereka dibayar atau tidak, serta sama siapa saja mereka berhubungan. Ada Peraturan Presiden yang mengatur, sehingga Rudenim hanya bisa menentukan jenis pelanggarannya saja.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2JjXiVUBagikan Berita Ini
0 Response to "Mengungkap Tabir Cinta Terlarang Para Pengungsi Asal Afghanistan di Pekanbaru"
Post a Comment