:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2788334/original/076244300_1556186374-Zarif.jpg)
Pada Senin 22 April, Donald Trump mengumumkan bahwa AS tidak akan lagi membebaskan negara-negara dari sanksi keras, jika mereka terus membeli minyak Iran.
Keputusan itu utamanya memengaruhi lima besar importir minyak Iran saat ini, yakni China, India, Jepang, Korea Selatan, dan urki.
Langkah ini adalah bagian dari kampanye "tekanan maksimum" pemerintahan Trimp di Iran, yang bertujuan menghilangkan semua pendapatan Teheran dari ekspor minyak, sekaligus mendestabilisasi dana negara itu di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya.
Beberapa jam sebelum pengumuman Trump itu, Iran mengulangi ancaman lawasnya untuk menutup Selat Hormuz, yang dilewati oleh sepertiga dari total jalur pelayaran minyak, jika mereka dihalangi untuk melakukan ekspor emas hitam.
"Kami percaya bahwa Iran akan terus menjual minyak," kata Zarif ketika ditanya tentang isu terkait.
“Kami akan terus mencari pembeli untuk minyak kami, dan akan terus menggunakan Selat Hormuz sebagai jalur transit yang aman untuk penjualan minyak kami. Itulah niat kami, dan itulah yang kami yakini akan terjadi," katanya penuh yakin.
"Tetapi jika Amerika Serikat mengambil tindakan gila untuk mencegah kami melakukan hal tersebut, maka bersiaplah untuk konsekuensinya," lanjut Zarif menegaskan.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2UEBZyGBagikan Berita Ini
0 Response to "Donald Trump Vs Penasehat Keamanan AS Soal Sanksi Impor Minyak Iran, Ada Apa?"
Post a Comment