Search

Ikat Pinggang Penahan Lapar Jadi Saksi Kemiskinan Pasangan Lansia di Konawe Utara

Pasangan lansia asal Desa Poni-poniki Konawe Utara itu sering kehabisan makanan. Suaminya yang sudah berumur, hanya bekerja sebagai pemungut kelapa. Sedangkan, Nuru hanya ibu rumah tangga.

Upah Tahir memanjat kelapa didapat dari bagi hasil. Jika Tahir berhasil menjatuhkan 10 buah kelapa, pria lansia itu akan mendapatkan bagian lima buah kelapa.

Hasilnya, akan dikupas dan dijemur untuk dijadikan kopra. Namun, tubuh Tahir yang mulai bongkok, tak mampu lagi menahan banyak pohon kelapa, seperti saat mereka baru menikah 10 tahun lalu.

Diakui Nuru, kadang mereka harus mengikat perut dengan tali atau kain jika tak ada makanan yang bisa mengganjal perut. Cara itu, dianggap paling ampuh untuk mengatasi rasa lapar saat tak ada makanan.

"Tetangga tak setiap hari bawa makanan. Suami juga tidak setiap hari dapat uang," ujar Nuru.

Beberapa tetangga mereka yang dijumpai di rumah sakit membenarkan. Pasangan ini, memang hidup hanya berdua dan tak memiliki keluarga.

"Tahir sekarang hanya bertugas memungut kelapa supaya dapat uang untuk beli makanan mereka berdua. Kalau terpaksa, kadang masih panjat juga," ujar Lislani (32) salah seorang tetangga mereka di rumah sakit.

Kasmin (59), salah seorang tetangganya lainnya mengatakan, keduanya menikah sekitar 10 tahun lalu. Nuru adalah wanita asli Desa Motui. Sedangkan Tahir, seorang perantau asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Mereka saling kenal karena Tahir sering ke kampung membeli atap untuk dibawa ke Binongko, Wakatobi. Di situ mereka kemudian menikah sampai hari ini," ujar Kasmin.

Kasmin melanjutkan, keduanya sebelumnya tinggal depan jalan poros provinsi di Desa Matandahi, desa yang berdekatan dengan Poni-poniki. Namun, pemukiman keduanya dipindahkan warga ke dalam lorong di wilayah Poni-poniki.

Kedua pasangan Lansia ini tinggal di gubuk yang dibangunkan warga untuk mereka. Terletak di dalam lorong yang tak begitu jauh dari jalan raya, hanya ada beberapa rumah warga di sekitarnya.

"Kalau lihat langsung rumahnya, mirip kandang. Kasian sebenarnya, kami juga sudah berusaha bantu-bantu," ujar Kasmin, tetangganya.

Di gubuk yang terbuat dari kayu dan beratap rumbia itu, Nuru dan Tahir mengandalkan sambungan listrik dari tetangga. Namun, kadang hanya menggunakan penerangan lampu minyak.

"Mereka sudah lama di situ. Namun, bantuan warga miskin sepertinya tak pernah mereka terima. Sebab, identitas mereka kata beberapa pihak tak jelas," ujar Asman, salah seorang tetangganya.

Padahal menurut Asman, keduanya juga berpartisipasi dalam kegiatan desa jika dibutuhkan. Saat pemilihan kepala desa, pasangan lansia ini kata warga, ikut mendukung kepala desa yang saat ini memimpin.

Simak video pilihan berikut ini:

Seorang wanita menjalani ritual kuno di India. Di pertengahan jalan wanita tersebut jatuh di bara api. Ritual ini menandai dimulainya festival Holi.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2uAEszL

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ikat Pinggang Penahan Lapar Jadi Saksi Kemiskinan Pasangan Lansia di Konawe Utara"

Post a Comment

Powered by Blogger.