:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2789703/original/080330100_1556278376-peppa.jpg)
Sementara itu, meski tidak dibutuhkan secara universal seperti garam, namun lada adalah komoditas yang sama bernilainya dalam tradisi kuliner moderen.
Bahkan, dalam sejarah, lada --khususnya lada hitam-- telah menjadi rebutan bagi banyak masyarakat Barat yang berpetualang ke Asia, dan turut mengubah sejarah dunia yang berkaitan dengan perdagangan rempah global.
Lada adalah tanaman asli Asia Tenggara, di mana utamanya ditemukan tumbuh subur di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Pantai Malabar di India. Di seluruh wilayah tersebut, menurut hasil penelitian oleh Departemen Sejarah pada Leiden University, rempah yang identik dengan hentakan pedas ini telah dimanfaatkan secara lokal sejak Abad ke-2 Sebelum Masehi.
Seperti rempah-rempah kuat lainnya, lada secara historis digunakan sebagai bumbu dan obat untuk mengobati berbagai penyakit mulai dari sembelit, hernia, hingga gangguan jantung.
Sebelumnya, masyarakat Romawi Kuno memanfaatkan lada panjang (piper longum) sebagai rempah andalan dalam tradisi kuliner dan pengobatan kelas atas kala itu. Sifatnya yang lebih panas (diakui oleh medis modern) diyakini mampu meningkatkan kejantanan, sehingga populer di kalangan atas setempat.
Namun, karena termasuk langka akibat dari cara bertanamanya yang sulit, kenaikan harga menjadi tidak terkendali. Di saat bersamaan, muncul jenis rempah hampir serupa yang lebih murah dari Timur Jauh (baca: Asia) berjuluk lada hitam.
Dan karena lada hitam lebih banyak tersedia, dan produksinya di Timur Jauh tergolong stabil, maka lambat laun rempah ini mulai mengungguli popularitas lada panjang.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2L0pqhIBagikan Berita Ini
0 Response to "Inilah Alasan Mengapa Garam dan Lada Selalu Tersedia di Meja Restoran"
Post a Comment