Search

Mahalnya Harga Sebuah Kewarganegaraan Indonesia

Berlin - Berpuluh tahun mereka telah tinggal di Jerman. Rindu akan kampung halaman tentu. Dengan latar belakang berbeda mereka memiliki romantisme tersendiri dengan Tanah Air.

"Aku ini bentuk muka China, tapi jiwa Indonesia, pikiran Jawa,” ujar Daniel Kho, seniman kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 63 tahun silam. Bahkan di Jerman, pria yang hampir selalu menguncir rambutnya yang mulai memutih ini- begitu menikmati hidup dalam nilai ke-Jawa-annya. dalam pernyataan yang dikutip dari DW, Sabtu (13/4/2019).

"Cara berpikir saya selalu tenang, tidak usah kesusu (tergesa-gesa). Semua ada jalannya dan ada yang mengatur,” katanya.

Meski  kadang malang-melintang di beberapa negara untuk keperluan  pameran karya-karya seninya, jika dihitung-hitung sudah hampir empat dekade ia bermukim di Jerman

Jerman sejak lama telah menjadi negara perantauan Warga Negara Indonesia (WNI) di Eropa. Sebagaimana Daniel, dari hampir 24 ribu WNI yang tinggal di Jerman saat ini, banyak di antaranya telah berdomisili selama puluhan tahun.

Jiwa ke-Indonesiaan Daniel tercermin dalam keseharian, kepribadian dan karya-karya seninya.

Namun ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Daniel kecewa karena tidak bisa mengikuti pesta demokrasi di tanah kelahirannya.

"Kenapa saya tidak bisa memilih, karena saya keturunan China, padahal ibu saya adalah generasi kelima lahir di Indonesia. Sedangkan ayah saya generasi keempat. Waktu itu banyak orang dihasut pulang ke China. Harus punya satu warga negara. Saya jadi stateless (tanpa kewarganegaraan) dan harus keluar dari Indonesia,” ujarnya.

Pada usia delapan tahun, ketika sang ayah meninggal dunia, ibunya harus memilih kewarganegaraannya, apakah Indonesia atau China. Daniel yang masih anak-anak tak pernah tahu apa pilihan sang bunda. Yang jelas, sejak saat itu sudah ada aturan pemerintah yang tidak memperbolehkan dwi kewarganegaraan.

Daniel kehilangan status kewarganegaraan Indonesia dan harus meninggalkan tanah air yang ia cintai. Di usia 18 tahun ia terpaksa pergi ke Australia. Untuk mendapatkan status kewarganegaraan di Negeri Kanguru itu pun tak mudah. Setahun lebih ia menanti, akhirnya ia mencoba peruntungannya ke Jerman. 

Di sinilah akhirnya, seniman yang kini bermukim di Kota Köln, negara bagian Nord Rhein Wesfallen itu memperoleh status kewarganegaraan lepas. Ironisnya dengan status tersebut ia tidak bisa masuk ke Indonesia. Setelah pemerintah Jerman beberapa kali menawarinya kewarganegaraan Jerman, ia menerimanya.

Akhirnya ia pun bisa kembali mengunjungi tanah kelahiran yang dirindukannya.  "Saya sangat ingin pulang ke Indonesia,” kenang Daniel saat memutuskan menjadi warga negara Jerman.

Kekecewaan Daniel berbuntut pada sinisme terhadap rasa nasionalisme di dunia. Ia menganggap kewarganegaraan hanya sekadar identitas. "Kewarganegaraan antara penting dan tidak penting.

Sebetulnya kalau kita hidup sebagai manusia, tidak perlu status kewarganegaraan. Namun, berhubung kita hidup di dunia yang terpecah-belah, kita butuh status tersebut,” katanya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2X9iHDc

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mahalnya Harga Sebuah Kewarganegaraan Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.