Search

Sejarah Dua Masjid Tertua di Blora

Masjid Baiturrahman terletak di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora Kota. Masjid ini merupakan masjid tertua kedua di Blora setelah masjid agung Baitunnur.

Menurut catatan sejarah, berdirinya Masjid Baiturrahman hampir bersamaan dengan Masjid Agung Baitunnur.

Pada tahun 1774 kedua masjid itu sama-sama didirikan oleh R.T. Djajeng Tirtonoto. Bedanya, Masjid Baiturrahman awal mulanya adalah surau (langgar).

R.T. Djajeng Tirtonoto membuat surau di Ngadipurwo ini setelah memilih sebidang tanah di Desa Ngadipurwo--dulunya bernama Desa Grogol.

Di masa itu, Blora di bawah kekuasaan Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Susuhunan (ISKSS) Pakubuwono III Surakarta.

R.T. Djajeng Tirtonoto sengaja memilih tempat yang jauh dari alun-alun, sejauh 7 kilometer dari pendopo dan alun-alun, untuk dijadikan tempat tinggal ketika nantinya ia meletakkan jabatannya sebagai Bupati Blora, berikut suraunya.

Di tempat ini pula R.T. Djajeng Tirtonoto dimakamkan tahun 1785, yang dikemudian hari tempat ini menjadi 'Komplek Makam Keluarga Tirtonatan'.

Setelah 32 tahun berdirinya, bangunan surau mengalami kerusakan. Hingga Pada tahun 1814, oleh R.T. Prawirojoedo, surau itu direhab kembali dengan 'Sengkalan Sucining Panembah Salira Tunggal'.

Tepatnya pada tanggal 19 Agustus tahun 1894 masehi atau tanggal 17 bulan 2 (Safar) tahun 1312 Hijriah, di hari minggu legi, surau itu diubah menjadi masjid Baiturrahman oleh Kandjeng Raden Mas Tumenggung (K.R.M.T) Tjokronegoro III.

Meskipun diubah menjadi masjid, keaslian kayunya masih terjaga. Selain itu, ada juga mimbar khotib dan mustaka (kepala) masjid jawa yang bentuknya mirip mahkota raja jawa.

Mustaka di atas masjid ini melambangkan ma'rifat, yakni tingkat penyerahan diri kita kepada Allah secara berjenjang, setingkat demi setingkat, hingga sampai pada tingkat keyakinan yang kuat.

Kemudian, pohon jati untuk bedug ditemukan R.T. Djajeng Tirtonoto di suatu tempat yang sekarang dinamakan Desa Growong.

Pohon jati dipotong menjadi 3 bagian untuk membuat 3 bedug. Bedug pertama diperuntukkan Masjid Agung Surakarta yang diambil dari potongan pohon jati pada bagian pangkal.

Sementara potongan pada bagian tengah diperuntukkan untuk bedug Masjid Agung Baitunnur, dan pada bagian pucuk untuk bedug Masjid Baiturrahman.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Saat Ramadan ribuan jemaah Masjid kauman menggelar baca Alquran yang disebut Semaan. Semaan menyelesaikan 30 juz. Setiap hari minimal 1 juz Alquran dibaca oleh warga. Semaan berakhir 5 hari sebelum Ramadan.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2HfaVCX

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sejarah Dua Masjid Tertua di Blora"

Post a Comment

Powered by Blogger.