:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1436008/original/048765800_1481777110-IMG-20161214-0040.jpg)
Kalau di Aceh, dikenal dengan nama minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai wewangian pada saat bulan Ramadan. Hanya saja, proses pembuatannya agak berbeda dengan minyak atsiri di Kepri.
Minyak serai di Lingga juga masih diproduksi rumahan, untuk kebutuhan sendiri. Produksinya dilakukan secara manual dengan peralatan seadanya.
"Buat di rumah sendiri, selain untuk minyak salat, juga bisa dipakai kalau anak-anak kembung perut," ujar Datok Nilam, warga yang juga menanam serai wangi di rumahnya.
Puncak penggunaan serai wangi yang paling banyak, adalah saat Hari Raya Idulfitri. Jika biasanya masakan kari khas Melayu tidak menggunakan serai wangi, maka khusus pada Hari Raya Idulfitri, warga menambahkannya, untuk disantap dengan ketupat.
Begitu pula dengan sambal lengkong, santannya wajib ditambahkan aroma daun serai wangi agar terasa gurih.
Tumbuhan jenis rumput-rumputan dari ordo Graminales yang juga dapat dimanfaatkan untuk pengusir nyamuk ini, sangat mudah ditanam di wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, yang berlokasi di ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut dengan curah hujan yang cukup baik.
Serai wangi hanya membutuhkan 6 hingga 7 bulan untuk bisa dipanen.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Seorang ibu-ibu dari Batam, Kepulauan Riau, ditangkap polisi karena sebar hoaks via pesan suara aplikasi percakapan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Serai Wangi Diburu Warga Melayu Saat Ramadan"
Post a Comment