:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1816447/original/069348000_1539772330-BI.jpg)
Langkah Iran tersebut dapat dilihat sebagai bukti adanya tekanan yang masif dari dalam negeri. Presiden Hassan Rouhani telah barkali-kali didorong untuk mengambil kebijakan konkret menyusul keluarnya AS dari kesepakatan nuklir.
Negeri Persia itu tampaknya telah kehilangan kesabaran dalam usaha menciptkan mekanisme finansial dengan negara-negara Eropa. Mekanisme yang dimaksud khususnya terkait kerja sama perdagangan obat dan barang-barang pokok, sebagai alternatif sanksi AS.
Lambatnya Eropa bukan tanpa alasan. Pemerintahan Trump telah berkali-kali memperingatkan region itu untuk tidak membantu Iran menghadapi sanksi AS, atau mereka akan berhadapan dengan konsekuensi buruk.
Sebagai implikasinya, banyak negara Eropa yang menarik diri dari berdagang dengan Teheran.
Lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan langkah itu diambil untuk mengurangi beberapa komitmen "sukarela" dalam kesepakatan nuklir.
"Uni Eropa dan lainnya ... tidak memiliki kekuatan untuk melawan tekanan AS, oleh karena itu Iran ... tidak akan melakukan beberapa komitmen sukarela," lanjut Zarif.
Untuk diketahui, alasan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir pada tahun lalu adalah karena "Iran tidak menaati perjanjian," demikian klaim sang presiden nyentrik di Gedung Putih.
Baru-baru ini AS semakin keras dengan Iran. Washington dengan kebijakan "tekanan maksimum"-nya telah memukul lebih keras Negeri Persia. Negeri Paman Sam bergerak untuk melarang semua negara membeli minyak Iran yang merupakan komoditas ekspor utama negera itu.
Donald Trump bahkan pernah mengatakan tentara Iran yang bernama Pengawal Revolusi sebagai teroris. Sementara itu, beberapa hari lalu penasihat keamanan Gedung Putih mengumumkan pengiriman kapal perang ke Timur Tengah untuk merespons sikap Iran yang disebut "mengganggu". Washington tidak menjelaskan dengan gamblang sikap Iran dimaksud.
Sementara itu, PBB sempat memberikan laporan yang kontras dengan pernyataan Donald Trump terkait Iran yang melanggar kesepakatan. Penyelidik PBB menemukan Negeri Persia masih patuh terhadap perjanjian nuklir tersebut.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Susul Langkah Kontroversial Trump, Iran Akan Keluar dari Kesepakatan Nuklir"
Post a Comment