:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2826889/original/008925600_1560331981-gunggung1_h.jpg)
Kupat Gunggung ini menurut Samsul Lasmidi juga memiliki filosofi tersendiri. "Filosofi Kupat Gunggung ini, kita sebagai manusia merupakan gudangnya salah dan gudangnya keliru maka dengan Kupat Gunggung ini kita berharap terhindar dari kesalahan dan dosa, kita bisa terbebas dari salah dan dosa," Samsul menerangkan.
Samsul menyatakan, Adat Gelar Pitu merupakan ungkapan rasa syukur dari warga masyarakat khususnya Dusun Kampung Baru Desa Glagah setelah menjalankan Hari Raya Idul Fitri. Selama 7 hari melaksanakan hari Raya Idul Fitiri warga diberikan keselamatan. Maka, untuk mewujudkan rasa syukur, warga menggelar adat Gelar Pitu.
"Adat tradisi yang kami laksanakan pada hari ketujuh bulan Syawal. Adat ini adalah bentuk rasa syukur kami yang telah diberikan keselamatan dan rezeki selama satu tahun. Kami membuat kopat lepet," dia menerangkan.
Adat Gelar Pitu diawali dengan arak-arakan membawa Kupat Gunggung berkeliling kampung diiringi kesenian barong. Arak-arakan juga diikuti pemangku adat yang membawa semacam sesajen lengkap dengan dupa yang dibakar. Dalam ritual adat Gelar Pitu ini warga juga berziarah ke makam leluhur.
Setelah diarak berkeliling kampung, Kupat Gunggung kemudian diletakkan di jalan yang berada di tengah kampung. Selanjutnya, warga menggelar selamatan kampung. Mereka menyantap sajian yang telah ditata sedemikian rupa di sepanjang jalan.
Semua orang yang hadir menyaksikan adat Gelar Pitu ini juga ikut menyantap hidangan khas kampung ini. Puncak acara Gelar Pitu adalah perebutan ketupat dari Kupat Gunggung.
Erina Agustin, salah seorang warga yang ikut memperebutkan ketupat dari Kupat Gunggung mengaku senang bisa mendapatkan Ketupat. Dia rela bersusah payah memperebutkan Kupat Gunggung untuk mendapatkan berkah.
"Warga percaya jika (ketupat) ini disimpan di rumah, bisa menolak bala dan membawa berkah. Semoga kampung ini semakin aman dan tenteram dan semakin dimurahkan rezeki. Warga juga semakin rukun karena kampung ini juga dikenal dengan kerukunan warganya," dia menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Penjualan songkok bambu khas Banyuwangi meningkat saat Ramadan. Permintaan datang dari dalam kota hingga ke Aceh. Songkok dijual seharga Rp 25.000 hingga Rp 50.000.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Melihat Peruntungan Lewat Rebut Kupat Gunggung di Banyuwangi"
Post a Comment