Dalam kesempatan terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Sarjono mengatakan musim ubur-ubur biasanya memang muncul pada musim angin timur sekitar Juli-Agustus.
Di antara jenis-jenis ubur-ubur itu, ada pula jenis ubur-ubur tudung biru atau ubur-ubur api. Nelayan telah terlatih untuk menangani jenis ubur-ubur ini.
Mereka menghindari kontak langsung dengan jenis ubur-ubur ini. Sebab, ubur-ubur ini bisa menyebabkan iritasi dan panas di kulit.
Ada kalanya, saat tubuh tidak dalam kondisi baik, dampaknya juga bisa lebih besar. Misalnya, sampai menyebabkan sesak napas.
Bahkan, ubur-ubur yang oleh warga lokal disebut Leteh atau Rawe, yang sengatannya bisa bikin melepuh. Tak jarang, tentakelnya yang beracun bikin korban pingsan.
"Itu biasanya kalau yang kena ubur-ubur memang punya penyakit bawaan. Normalnya hanya iritasi, panas dan gatal," ucap Sarjono.
Sarjono memperingatkan, ubur-ubur banyak ditemui di kawasan pantai. Sebab itu, wisatawan diminta untuk berhati-hati. Sebab, ubur-ubur bisa menyebabkan gatal-gatal pedas.
Sarjono menerangkan, Leteh ini banyak ditemukan bersamaan dengan munculnya ubur-ubur biasa. Termasuk di pinggiran pantai, lantaran terdampar terbawa ombak.
Praktisi makanan laut (Sea food), Steve Saputra mengatakan, ubur-ubur tudung biru dikenal sebagai ubur-ubur api. Hewan ini, menurut dia, memang berbahaya.
Ubur-ubur api ini tak lazim dikonsumsi lantaran bahayanya. Hanya menyentuhnya saja, bisa menyebabkan iritasi lantaran semburan Venom atau racunnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pantai Kebumen dan Cilacap Diserbu Ubur-Ubur Api"
Post a Comment