Liputan6.com, Caracas - Saat ini, uang di Venezuela tidak lebih berharga dibandingkan tisu toilet. Tumpukan besar uang bahkan hanya bisa digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Jika disebut nilainya, harga-harga di negara itu akan membuat kaget, meski nilai faktualnya tidak jauh dari satu dolar AS.
Dikutip dari News.com.au pada Kamis (23/8/2018), contoh realitas tersebut, salah satunya, terlihat pada harga satu ekor ayam seberat 2,4 kilogram, yang dibanderol 14,6 juta bolivar, atau setara dengan Rp 36.000.
Bahkan, satu gulung tisu toilet dijual seharga 2,6 juta bolivar, atau kurang dari 7.000 dalam mata uang rupiah. Harga -harga tersebut dilaporkan bertahan hingga akhir pekan lalu.
Ahli ekonomi dan hiperinflasi Profesor Steve Hanke dari John Hopkins University mengatakan, menghapus nol dari mata uang sulit memberi pengaruh positif pada perbaikan ekonomi Venezuela.
"Mereka telah menukar 100.000 bolivar lama untuk satu bolivar baru, (tetapi) nilainya kira-kira sama, satu sen dalam dolar AS," kata Prof Hanke kepada BBC.
"Kemarin, tingkat inflasi tercatat 61.500 persen secara tahunan, dan hari ini telah melonjak hingga 65.500 persen, jadi jelas tidak ada yang berubah," lanjutnya menjelaskan.
Namun, masih menurut Prof Hanke, krisis hiperinflasi Venezuela saat ini "agak sederhana" jika dibandingkan dengan beberapa yang pernah terjadi dalam sejarah
Catatan sejarah terburuk terjadi di Hungaria pada 1946, di mana tingkat inflasi harian mencapai 207 persen.
Zimbabwe pada tahun 2008 menempati posisi terburuk kedua, yakni ketika inflasi naik dua kali lipat setiap 24 jam.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Simak video pilihan berikut:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hiperinflasi Venezuela: Nilai Uang Tidak Lebih Berharga dari Segulung Tisu Toilet"
Post a Comment