Search

Kisah Penyelamatan Sultan Kerajaan Siak oleh Anak Buah Nyonya Hitam Suku Tionghoa

Datuk Pesisir Muhammad Zen ditunjuk sebagai Datuk Bandar di Pekanbaru. Tak lama menjabat, Belanda kemudian memecatnya dan menggantikannya dengan Datuk Comel.

Datuk Tanah Datar kemudian diplot mengisi kekosongan Tengku Jambul sebagai Districtshoof di Bagansiapi-api. "Belanda sengaja memindahkan orang-orang kepercayaan Sultan, sebaliknya Sultan tak bisa berbuat banyak atas perlakuan tersebut, karena mereka memiliki persenjataan dan militer," jelasnya.

Puncak kemarahan Sultan terjadi saat Belanda memberhentikan Tengku Boet sebagai Sekretaris Sultan, tahun 1926. Penyebabnya, ketegasan Tengku Boet dalam pemerintahan dan keuangan, membuat sering terjadi pertentangan dengan Controleur Belanda di Siak.

Sultan murka kepada Controleur Belanda O Treffer. Ini diperparah dengan tidak harmonisnya hubungan Kerajaan Siak dengan pejabat Belanda di Siak dan Asisten Residen Belanda di Bengkalis.

"Kemudian Sultan mengajukan protes. Ia berangkat ke Medan guna menjumpai Gubernur Belanda di Sumatera Timur, di Medan. Biasanya Sultan jika ke Medan segala transportasi diurus oleh Asisten Residen Belanda di Bengkalis. Kali ini, tak dilakukan," cerita Nizami Jamil.

Jika hendak ke Medan, tuturnya, Sultan harus terlebih dahulu ke Singapura, transit, demikian juga saat pulang. Saat pulang ke Siak, di Bengkalis, permintaan Sultan untuk menaiki kapal Kerajaan Siak Sri Indrapura, sama sekali tak diindahkan Asisten Residen di Bengkalis.

"Sultan tersinggung, Ia kemudian langsung mengambil kapal China, Gosicau, membawanya kembali ke Siak," kata Nizami Jamil.

Petang hari, tahun 1926, Sultan dan pengiringnya, berangkat pulang ke Siak. Saat memasuki Kuala Sungai Siak, malam harinya, kapal ditumpangi berjalan pelan sekali. Tak ada alat penerang, seperti sekarang ini.

Bintang-bintang tak terlihat. Hanya terlihat alur Sungai Siak. Tak ayal, kondisi seperti ini mengancam perjalanan kapal. Terbukti, Kapal China tersebut tersakat di beting (timbunan pasir atau lumpur) Tanjung Pedade di Sungai Siak.

Buritan kapal sudah dimasuki air sungai. Sultan kemudian memerintahkan Muhammad Djamil bersama dua pembantu melompat ke sekoci dan mengayuhnya guna mencari bala bantuan ke masyarakat sekitar menyelamatkan Sultan ke daratan.

"Akhirnya Sultan ditolong anak buah Nyonya Hitam (kemungkinan Suku Akit), Suku China. Sultan lalu menginap di rumah Nyonya Hitam menunggu pagi hari berganti," tuturnya.

Esok harinya, kapal kayu tersebut bisa diselamatkan untuk meneruskan perjalanan kembali ke ibu kota kerajaan.

"Setelah selamat sampai ke tujuan, Istana Siak, semua yang menolong Sultan memperoleh hadiah. Sultan memberikan hadiah masing-masing berupa uang senilai 50 Gulden Belanda," Nizami Jamil memungkasi.

Simak video pilihan berikut ini:

Kehebohan dibuat pasangan suami istri asal Sayabulu, Kota Serang, Banten. Bagaimana tidak, Rudi dan Aisyah mengaku sebagai raja dan ratu dari Kerajaan Ubur-Ubur.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2wa9Y97

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah Penyelamatan Sultan Kerajaan Siak oleh Anak Buah Nyonya Hitam Suku Tionghoa"

Post a Comment

Powered by Blogger.