:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1881515/original/080426800_1518157708-Tas4.jpg)
Liputan6.com, Caracas - Pemerintah Venezuela baru saja memperkenalkan reformasi ekonomi, termasuk salah satunya redenominsasi uang kertas, yakni menghapus lima nol dari setiap nomimal mata uangnya yang cepat terdepresiasi, di tengah upaya negara itu memerangi hiperinflasi.
Berbagai bank di Venezuela tutup pada Senin 20 Agustus, saat mereka bersiap untuk merilis "sovereign bolívar" baru di tengah peringatan dari para ekonom Dana Moneter Internasional (IMF), bahwa tingkat inflasi Venezuela bisa melebihi satu juta persen tahun ini
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (21/8/2018), Venezuela tengah dilanda hiperinflasi, di mana berarti bahwa harga-harga berputar di luar kendali, yang disertai dengan jatuhnya nilai mata uang. Akibatnya, masyarakat pun terpaksa harus membawa "segepok uang" untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Bahkan, karena inflasi yang tinggi, harga kebutuhan sehari-hari pun meningkat tajam di Venezuela, menyesuaikan dengan jatuhnya nilai mata uang bolivar di tingkat pemakaian lokal. Sebagai contoh, saat ini, satu sekor daging ayam seberat sekitar 2,4 kilogram dijual dengan harga 14 juta bolivar, atau jika dikonversikan ke dalam rupiah, setara dengan Rp 32.000 per ekor.
Secara teori, harga harus selalu berfluktuasi tergantung pada penawaran dan permintaan. Inflasi adalah istilah untuk kenaikan harga, sementara deflasi menggambarkan harga yang jatuh. Hiperinflasi terjadi ketika harga naik begitu liar, sehingga membuat konsep inflasi tidak masuk akal.
Masalahnya muncul ketika pasokan uang kertas dalam ekonomi melebihi permintaan barang dan jasa, menyebabkan nilai mata uang jatuh. Ini terjadi ketika pemerintah menciptakan uang baru untuk membiayai pengeluaran di atas pendapatan mereka dari pajak, dan ini tengah terjadi di Venezuela.
Hiperinflasi pada dasarnya menghancurkan daya beli dan mendorong penumpukan barang, karena masyarakat dan kalangan bisnis mengantisipasi kenaikan harga lebih lanjut.
Kurangnya kepastian harga menghapus insentif bagi pembeli dan penjual. Surat kabar The Times melaporkan bahwa pemilik restoran di Venezuela tidak lagi memiliki menu dengan harga tercetak, sementara supermarket juga telah menghapus harga dari rak. Banyak orang menggunakan kartu untuk membeli barang daripada uang tunai.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Simak video pilihan berikut:
Saat Presiden Venezuela sedang memberikan pidato, tiba-tiba bom meledak berasal dari drone. Ini terjadi saat siaran langsung televisi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Satu Ekor Ayam Seharga 14 Juta, Ini Penyebab Venezuela Mengalami Inflasi Sangat Tinggi"
Post a Comment