Search

Singgah di Indonesia, Misi Pegasus 2018 Prancis Kirim Pesan Khusus untuk China

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok alutsista Angkatan Udara Prancis, yang terdiri dari tiga jet tempur dan satu pesawat kargo heavy-airlift, singgah di Indonesia pekan ini, dan akan melanjutkan misi terbang ke beberapa negara Asia Tenggara dan Asia Selatan pada hari-hari mendatang.

Rangkaian lawatan itu --yang dilaksanakan selepas latihan multilateral 'Pitch Black 2018' di Australia bersama negara tuan rumah, serta sejumlah dari Pasifik dan Asia pada Juli-Agustus-- dideskripsikan oleh perwira tinggi militer Prancis sebagai upaya untuk mempertegas prinsip kebebasan beraviasi dan bernavigasi di kawasan Asia Pasifik. Termasuk, di Laut China Selatan, wilayah maritim yang disengkatakan oleh banyak negara di kawasan.

Misi terbang-dan-singgah yang diberi nama 'Pegasus 2018' itu dimulai sejak beberapa bulan lalu, dengan menyertakan lebih dari 100 personel militer, 3 jet tempur, satu pesawat heavy-airlift Airbus dan Antonov, satu pesawat tanker, dan 40 ton kargo.

Bertolak dari Prancis, detasemen 'Pegasus 2018' singgah pertama kali di Singapura dan kemudian ke Australia untuk mengikuti Pitch Black 2018 sepanjang Juli-Agustus. Selepas itu, mereka singgah ke Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam --di Asia Tenggara-- kemudian India dan Uni Emirat Arab, hingga kembali pulang ke tanah air.

"Ini merupakan cara bagi Angkatan Udara Prancis untuk mempertegas bahwa wilayah udara internasional dan kebebasan menjelajah di area tersebut, yang dilakukan dalam koridor hukum internasional, merupakan suatu hal yang bisa dikerjakan oleh semua negara," kata Kepala Misi Pegasus 2018, Letnan Jenderal Patrick Charaix di Halim Perdanakusuma, Selasa (21/8/2018).

Hukum internasional yang dimaksud Charaix merujuk pada United Nations Convention on the Law of the Sea atau UNCLOS.

Proyeksi kekuatan udara ini, sebagaimana analis mendeskripsikannya, mengikuti berbagai misi yang rutin dilakukan oleh Angkatan Laut Prancis di Laut Cina Selatan.

Angkatan Laut Perancis juga memiliki budaya institusional untuk menegakkan interpretasinya terhadap UNCLOS, terutama pada dua poin yang diperdebatkan: prinsip 'Innocent Passage' kapal yang melintas di perairan negara asing dan hak untuk mempertahankan kehadiran angkatan laut di semua zona ekonomi eksklusif.

Pada kuartal pertama 2015, misi tahunan Jeanne d’Arc --pelatihan untuk calon perwira angkatan laut-- yang dilakukan oleh satu kapal serbu amfibi kelas Mistral dan satu fregat, telah secara sistematis berlayar melalui Laut Cina Selatan. The South China Morning Post melaporkan, seperti dikutip pada Selasa 21 Agustus 2018.

Kapal AL Prancis Mistral MG 6102 (Wikimedia Commons)

Selain itu, perairan yang disengketakan tersebut telah dilintasi Vendemiaire, fregat pengintai AL Prancis pada 2014, 2015 dan 2018. Sementara itu tahun lalu, kapal pengintai AL Prancis yang berbasis di Polinesia, Prairial; dan dua fregat anti-kapal selam FREMM Provence dan Auvergne telah berlayar di Laut China Selatan pada 2016 dan 2018.

"Mereka membawa banyak misi, berlayar dekat dengan sejumlah pulau yang populer muncul di media sebagai sentral persengketaan di Laut China Selatan," kata Letjen Charaix menggarisbawahi misi pelayaran berbagai kapal tersebut.

Mathieu Duchatel, analis dan deputi direktur Asia and China Programme di European Council of Foreign Relations, menjelaskan bahwa keputusan Prancis untuk secara teratur mengerahkan aset militer ke Laut China Selatan, "Harus dimaknai sebagai upaya untuk memberi sinyal, terutama, kepada Beijing," jelasnya dalam sebuah artikel opini yang dirilis di The South China Morning Post pada awal Agustus 2018 lalu.

"Sinyal yang diarahkan ke China, dapat dirangkum dalam satu kata: 'kontra-intimidasi'," lanjut Duchatel.

"Di tengah upaya Beijing yang ingin menciptakan 'fakta baru' atas presensinya di Laut China Selatan, Prancis berusaha mengirim pesan bahwa mereka akan beroperasi di ruang yang diizinkan oleh hukum internasional - tanpa campur tangan dari Tiongkok," tambahnya.

Letnan Jendel Charaix pun, kurang-lebih, mendeskripsikannya demikian.

"Kami ingin memberikan gambaran kepada China, kami melakukannya," ujar Charaix menggarisbawahi bahwa misi Pegasus 2018 dilakukan di wilayah udara internasional serta tetap patuh terhadap hukum internasional dan PBB.

"Namun, bukan berarti kami hendak mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat beberapa waktu lalu," tambahnya merujuk pada berbagai aktivitas sejumlah alutsista AS yang terbang dan berlayar dekat dengan berbagai gugus pulau dan karang di Laut China Selatan, yang direklamasi dan dimiliterisasi oleh Beijing sejak beberapa waktu terakhir.

Pesawat Airbus A100M (tengah, terjauh) yang mampu mengangkut kargo bermuatan maksimal 37 ton. Pesawat milik AU Prancis itu tengah singgah di Halim Perdanakusuma usai mengikuti latihan gabungan di Australia (21/8) (Liputan6.com / Rizki Akbar Hasan)

Lebih lanjut, Charaix mengatakan, "Kami tidak melakukannya untuk 'melihat lebih dekat' pulau-pulau 'populer' itu, sebagaimana yang dilakukan oleh AS, tidak. Jangan diartikan bahwa kami akan terbang di atas pulau-pulau 'populer' tersebut, yang kemudian meningkatkan tensi diplomatik antara Prancis dengan China."

Mathieu Duchatel, analis dan deputi direktur Asia and China Programme di European Council of Foreign Relations mengomentari, "Seharusnya tidak mengejutkan jika Prancis meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan. Sejauh ini, komitmen Prancis yang serius dan berkepanjangan terhadap tatanan maritim berbasis aturan tampaknya dipahami juga di Beijing."

"Meskipun ada sedikit bukti bahwa hal tersebut dapat secara radikal mengubah cara Tiongkok menyikapi isu Laut Cina Selatan, ini bukan intinya. Yang penting adalah bahwa ini harus dilakukan bersama dengan tindakan lain untuk mendukung tatanan keamanan maritim berdasarkan aturan dan norma bersama," tambah Duchatel.

Menimpali, Letjen Charaix mengatakan, "Saya rasa China juga menyadari apa yang kami lakukan. Selepas dari Indonesia, kami akan terbang ke Singapura, ke Malaysia, dan ke Vietnam, tapi semua itu dilakukan dalam koridor internasional."

Tiga jet tempur Dassault Rafale dan satu pesawat heavy-airlift Airbus A400M milik AU Prancis berhanggar di Halim Perdanakusuma hingga Jumat pekan ini --yang kemudian dimanfaatkan oleh Angkatan Udara RI untuk berhubungan lebih dekat dengan militer Prancis, negara yang memiliki hubungan kemitraan strategis dengan Indonesia.

Penerbang AURI pun diberi kesempatan menjadi ko-pilot untuk menerbangkan empat burung besi andalan Prancis tersebut.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak video pilihan berikut:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2LfTOQ5

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Singgah di Indonesia, Misi Pegasus 2018 Prancis Kirim Pesan Khusus untuk China"

Post a Comment

Powered by Blogger.