:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1553962/original/075771900_1491109815-Singapore_Daily_Life_Hand.jpg)
Sebelum menekuni secara serius dunia musik, Zubir juga pernah bekerja di sebuah pabrik sebagai pembuat batu bata. Dia juga pernah bekerja sebagai juru ketik.
Pada saat bekerja sebagai juru ketik inilah, dia memiliki waktu kosong yang digunakannya untuk bermain musik. Karena tidak lagi nyaman bekerja sebagai juru ketik, akhirnya dia berhenti dan bergabung dengan grup musik keroncong dan memainkan alat musik biola. Bersama dengan grupnya tersebut, Zubir melanglang buana dari satu tempat ke tempat lain di Sumatera untuk mencari uang.
Pada usia 21 tahun, atau pada tahun 1928 Zubir membulatkan tekad untuk pergi merantau jauh. Zubir akhirnya menetapkan pilihan menuju Singapura. Di Singapura inilah karirnya melesat menjadi salah satu musisi, komposer, pencipta lagu yang sangat mumpuni.
Zubir menikah dengan gadis Jawa bernama Tarminah Kario Wikromo pada tahun 1938. Dia merupakan salah satu penyanyi keroncong. Setelah menikah, Zubir pernah membawa istrinya ke Bukittinggi pada 1941.
Pada 1958, Zubir mengubah lagu dan musik Majulah Singapura sebagai lagu resmi untuk Dewan Kota Singapura, sebelum ia menjadi warga negara Singapura pada 1967. Dengan semangat patriotisme yang besar terhadap Singapura, ia menolak untuk menerima imbalan dari pemerintah atas gubahannya tersebut.
Zubir meninggal dunia saat usia 80 tahun pada 16 November 1987 di Joo Chiat, Singapura. Dia meninggalkan empat anak perempuan dan anak laki-laki. Zubir dianugerahkan sejumlah penghargaan semasa hidupnya dan secara anumerta. Pemerintah Singapura menganugerahkannya penghargaan "Sijil Kemuliaan" pada 16 Maret 1963 atas jasanya menciptakan lagu kebangsaan.
Simak video pilihan berikut ini:
Silat Minang, permainan silat yang dimainkan pasca-panen dan sebelum sawah memasuki masa tanam.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Berdarah Minangkabau"
Post a Comment