Kebahagiaan jauh lebih relatif dibanding relativitas umum. Jadi, sulit bagi para ilmuwan untuk memberikan jawaban apakah teori kebahagiaan Einstein benar-benar bisa membuat seseorang bahagia.
Namun, beberapa penelitian mencoba mengukur kebahagiaan seseorang dengan menggunakan sejumlah indikator.
Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa mereka yang pindah profesi dari karyawan menjadi wirausaha yang sangat sibuk, memiliki kepuasan hidup yang tinggi. Hal itu bertentangan dengan teori kebahagiaan Einstein.
Sementara itu, studi lain menunjukkan bahwa orang-orang yang bahagia adalah mereka yang hidup seimbang: bekerja kurang dari tujuh jam per hari, sering berolahraga, menikmati makanan rumah lima kali per minggu, dan bersosialisasi seminggu sekali. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, studi tersebut memperkuat teori Einstein.
Dikutip dari Live Science, salah satu eskplorasi ilmiah paling mendalam tentang kebahagiaan dan kesuksesan pernah diterbitkan pada 2005. Peneliti yang meninjau ulang 225 studi itu, mengungkap bahwa kebahagiaan lebih sering menimbulkan kesuksesan, bukan sebaliknya.
"Kebahagiaan membawa keberhasilan yang akan membawa kesuksesan dalam pekerjaan, hubungan, dan keseharan, dan keberhasilan ini berawal dari pengaruh positif seseorang," demikian tulis studi tersebut.
Jadi, mungkinkah masa-masa di mana Einstein merasa damai yang membuatnya bahagia dan mencetak beragam kesuksesan?
Seperti yang banyak diamati peneliti, kebanyakan manusia terperangkap dalam "hedonic treadmill", yakni adanya kecenderungan level kebahagiaan seseorang yang cenderung kembali ke keadaan asal meski telah mencapai kesuksesan yang dia inginkan.
"Kita bekerja sangat keras untuk mencapai sebuah tujuan, membayangkan kebahagiaan yang akan kita dapatkan jika meraihnya. Sayangnya, setelah mendapatkannya, dalam waktu singkat kita akan kembali ke keadaan asal dan mengejar hal lain yang menurut kita akan membuat bahagia," tulis seorang Profesor Psikologi di Knox College, Frank T McAndrew.
Itulah sebabnya orang-orang yang seharusnya mencapai puncak kebahagiaan, seperti pemenang undian, pengusaha sukses, dan selebritas, seringkali tak jauh lebih bahagia dibanding orang lain yang bersyukur dengan situasi mereka.
Atas dasar pertimbangan itu, teori kebahagiaan Einstein bisa dipertimbangkan untuk digunakan. Namun, karena kebahagiaan itu relatif, semua halnya kembali ke masing-masing individu.
Tak hanya terjualnya catatan berisi teori kebahagiaan Einstein yang terjadi pada tanggal 24 Oktober. Pada 1929, terjadi peristiwa 'Kamis Hitam', runtuhnya pasar saham Wall Street.
Pada tahun piagam PBB mulai berlaku yang menandai berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya Perang Dunia III.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2q5qIL6Bagikan Berita Ini
0 Response to "24-10-2017: Harga Mahal Teori Kebahagiaan Albert Einstein"
Post a Comment