:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2359231/original/097419400_1536926057-gajah_ibu_anak.jpg)
Ke depannya, Suharyono menyebut BBKSDA akan mempelajari apakah Intan bisa dilepasliarkan lagi ke habitatnya atau akan menjadi penghuni tetap di PLG bersama belasan gajah jinak lainnya.
Menurut Suharyono, di PLG Minas ada 16 gajah jinak, ditambah Intan menjadi 17 ekor. Gajah penghuni PLG ini dulunya gajah liar yang diselamatkan BBKSDA kemudian dilatih untuk mengatasi konflik manusia dengan kawanan satwa bongsor liar.
"Konflik gajah tidak akan bisa ditangani tanpa adanya gajah jinak," sebut Suharyono.
Suharyono menyampaikan, gajah-gajah di PLG sudah sering diturunkan mengatasi konflik gajah di Riau. Intan sendiri ketika ditemukan juga perlu pengiringan oleh gajah jinak untuk masuk ke truk lalu dibawa ke PLG.
Di samping itu, Suharyono menyebut adanya PLG di Riau berkaca dari konflik-konflik gajah di Thailand. Dari negeri Gajah Putih itulah pertama kali ada pelatihan gajah untuk mengatasi konflik di Indonesia.
"Kalau enggak salah itu tahun 80-an pertama kali dilakukan, lalu diadakan PLG di Riau," kata Suharyono.
Sekadar informasi, Intan ditemukan tak berdaya karena luka di kakinya di salah satu hutan tanaman industri di Siak. Awalnya, petugas hanya melepaskan jeratnya dan memantaunya selama beberapa hari.
Tak lama kemudian, BBKSDA memutuskan untuk mengevakuasi Intan karena tidak mampu menemui kawanannya. Pantauan petugas, Intan dan induknya dari kawanan gajah liar berjarak 57 kilometer dan tidak memungkinkan Intan menyusulnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Seekor bayi gajah di Taman Nasional Kruger tidak memiliki belalai diduga belalai hilang diterkam buaya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sambutan Hangat Keluarga Baru untuk Gajah Kecil Korban Jerat Babi di Siak"
Post a Comment