Menurut Ajiz Manto selaku Datuok Pucuok Adat Kenegerian Malako Kociok, kepala kerbau tadi tepat dijatuhkan di perbatasan desa. Ini sebagai pengingat bagi warga serta anak kemenakan agar tahu tentang batas desa serta tanah ulayatnya.
"Sehingga tidak ada anak kemenakan yang mengambil hak orang lain, tidak saling mengambil tanah milik desa lain, menjaga hak masing-masing, ini batasnya. Kalau dilanggar akan terkena sumpah adat," tegas Ajiz.
Ajiz menyatakan, sumpah adat jika dilanggar akan berakibat fatal bagi pelanggar. Sebab, kepala kerbau yang dijatuhkan tadi merupakan sumpah setia antara desanya dengan desa lain di kenegerian berbeda.
"Dimakan kutuok seibu siang seibu malam, ka atee ndak bapucuok, ke bawah ndak bauwek, ibarat rumput di jalan, hidup sogan mati ndak omuo (dimakan kutukan seribu seribu seribu malam, ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berakar, ibarat rumput di jalan, hidup segan mati tidak mau)," jelas Ajiz menyiratkan sumpah yang bisa sampai tujuh turunan akan terkena penyakit.
Ajiz menjelaskan, tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun. Setiap tahun dilaksanakan sebagai pengingat kepada generasi penerus bahwasanya ada tradisi yang tidak boleh dihilangkan.
Sementara ketua koordinator I kegiatan ini, Paluzen, menyebut tradisi ini dipersiapkan selama tiga hari. Dananya merupakan swadaya masyarakat serta ada juga bantuan dari pihak swasta.
"Semua masyarakat terlibat mempersiapkan, mulai dari orang tua, pemuda dan anak-anak. Ke depannya diharapkan lebih besar lagi dengan melibatkan pemerhati budaya," katanya di pinggir Sungai Subayang.
Sebelumnya, Raja Haji Tengku Muhammad Nizar menjelaskan, tradisi ini sudah digelar desa ini dengan mengundang raja-raja pendahulunya. Digelar sesuai kesepakatan tetua adat bersama masyarakat setempat.
"Terkadang ada yang digelar sebelum Ramadan, ada juga sesudahnya, sesuai kesiapan masyarakat," sebut Nizar.
Nizar menyatakan tradisi ini merupakan wujud kecintaan masyarakat desa dengan hutan serta flora dan fauna yang ada. Antara masyarakat dan alam berjanji tidak saling mengganggu, begitu juga dengan masyarakat dari desa lainnya.
"Soal apa yang terjadi kalau tradisi ini tidak dilaksanakan, sampai sekarang belum diketahui karena setiap tahunnya dilaksanakan," sebut Nizar.
Kegiatan ini ditutup dengan makan siang bersama antara Raja dan masyarakatnya di pinggir sungai. Hidangan khususnya adalah daging kerbau yang sebelumnya disembelih warga sehari sebelumnya.
Rangkaian acara ini berlangsung dua hari. Sebelum acara penyerahan jantung dan kepala kerbau, masyarakat menyambut Raja dan mempersiapkan rumah persinggahan. Malam sebelum hari puncak, diadakan kunjungan Raja ke lima rumah siompu atau rumah tua yang ditinggali tetua adat.
Di desa ini, ada 155 kepala keluarga. Desa Tanjung Beringin berada di hulu Sungai Subayang dan satu-satunya desa yang berada di sebelah kanan dari 16 desa di pinggir sungai tersebut.
Simak video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jantung Kerbau dan Penunaian Janji kepada Harimau Sumatera di Malako Kociok"
Post a Comment