:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1788317/original/089492800_1512211035-mb3.jpg)
Menyikapi rilis SETARA Institute yang memasukkan Banda Aceh Aceh dalam list 10 kota dengan skor toleransi terendah, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk. Faisal Ali mengatakan sebaliknya.
"Apa yang lakukan SETARA Institute sangat tergantung pada penggiringan dalam hal mereka membuat polling. Saya kira, Kota Banda Aceh sangat toleran. Tidak ada kasus, apa yang menonjol selama ini, yang membuat Kota Banda Aceh tidak toleran," kata Faisal, kepada Liputan6.com, Selasa (11/12/2018) malam.
Menurutnya, selama ini hubungan antarumat beragama di Kota Banda Aceh tidak pernah didistorsi oleh hal-hal yang menyebabkan kota yang menjadi sentral aktivitas di Aceh itu rendah nilai toleransinya. Padahal, imbuhnya, di Kota Banda Aceh terdapat umat dari berbagai agama.
Berdasarkan penelusuran Liputan6.com di situs bandaacehkota.go.id, pada tahun 2017, jumlah umat beragama di Kota Banda Aceh yakni, Islam 222.582 jiwa, Protestan 717 jiwa, Katolik 538 jiwa, Hindu 39 jiwa, serta Budha 2755 jiwa. Selanjutnya, rumah ibadah di Kota Banda Aceh, yakni, masjid 104 unit, meunasah 91 unit, mushalla 90 unit, Gereja, 4 unit, Kuil 1 unit, serta Klenteng 1 unit.
Faisal menambahkan, SETARA Intitute terlalu memaksakan instrumen sepihak yang menjadi patokan bagi lembaga non-pemerintah itu dalam menetapkan skor toleran suatu kota. Padahal, kata Faisal, instrumen tersebut belum tentu bisa digeneralisir.
"Jadi, kita berdebat dulu pada instrumen yang digunakan. Baru bisa kita lihat, maka dipublish dulu instrumen yang digunakan. Kadang instrumen yang digunakan adalah instrumen Eropa? Wajarlah, dikatakan toleransi rendah. Makanya saya tidak menganggap itu akurat dengan realita di lapangan," tepisnya.
Pernyataan Wakil Ketua MPU Aceh, Tgk. Faisal Ali soal instrumen yang digunakan SETARA Institute dalam mengukur Indeks Kota Toleran (IKT) didukung pula oleh Ketua Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong. Indikator yang digunakan oleh SETARA Institute dinilainya masih kabur.
"Kita belum bisa memberikan gambaran apapun. Dan kita tidak tahu data diambil darimana dan tahun berapa. Mereka hanya mengumumkan saja, tanpa melihat yang lain. Pematang Siantar yang notabene masuk dalam 10 kota toleran, ternyata masyarakatnya sendiri yang mengatakan pemerintahnya tidak toleran," katanya.
Saat ini, belum ditemukan adanya isu-isu yang membuat Kota Banda Aceh memilki nilai toleransi rendah di mata ketua perkumpulan kelompok Tionghoa itu.
"Walikota sekarang, kita kan belum mendapat isu-isu yang mungkin dianggap suatu regulasi yang intoleransi. Kalau dulu mungkin, ya, ada lah. Artinya mungkin, apakah ini dianggap intoleransi misalnya ada pelarangan mengucapkan selamat Natal, selamat Tahun Baru atau segala macam. Apakah itu menjadi indikator mereka juga?" ungkap Faisal Ali.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2LbdsOQBagikan Berita Ini
0 Response to "Kota Banda Aceh Intoleran, Benarkah?"
Post a Comment