Search

Senegal Desak Pengembalian Artefak Budaya Bangsa Afrika

Mungkin dikarenakan masih lemahnya kepemilikan negara-negara Afrika terhadap benda-benda warisannya sendiri, menjadikan museum ini belum memiliki koleksi permanen.

Untuk mengisi bangunan museum dengan struktur melingkar seluas 148.000 kaki persegi ini, salah satu museum yang terbesar di benua ini, semakin diperumit oleh fakta bahwa artefak yang tak terhitung jumlahnya telah tersebar di seluruh dunia.

Karenanya pada pameran perdana museum ini, "Peradaban Afrika: Penciptaan Berkelanjutan Manusia," kurator museum memilih mengambil pandangan yang jauh lebih lama daripada abad-abad terakhir kolonisasi dan kekacauan yang terjadi di benua tersebut.

Karya-karya terkini menyoroti benua Afrika sebagai "tempat lahirnya peradaban" dan gagasan itu tercermin dari jutaan orang di diaspora saat ini.

"Kolonisasi? Itu usianya baru dua abad," kata kurator Hamady Bocoum, yang mengatakan bahwa bukti peradaban Afrika berusia setidaknya 7.000 tahun, merujuk pada tengkorak yang ditemukan di Chad saat ini.

Seperti yang lain, Hamady Bocoum ingin sekali melihat artefak-artefak warisan masyarakat Afrika kembali untuk selamanya.

Pameran ini mencakup 50 buah artefak pinjaman dari Perancis, termasuk lebih dari selusin artefak lainnya dari museum Quai Branly di Paris.

Lebih dari 5.000 keping artefak di Quai Branly berasal hanya dari Senegal saja, kata Bocoum.

"Ketika kita melihat inventaris benda-benda Senegal yang ditemukan di Perancis, kita akan meminta benda-benda tertentu," katanya.

"Untuk saat ini, kami belum memulai negosiasi."

Dia menepis kekhawatiran bahwa lembaga-lembaga Afrika mungkin tidak dapat merawat warisan mereka sendiri, sambil menunjuk ke ruang penyimpanan museum baru itu yang lembab dan ber-AC.

Akan tetapi, sejarah dari beberapa objek yang ditampilkan memang menceritakan kengerian kolonialisme.

Menunjuk pada pedang dari El Hadj Umar Tall, seorang pemikir Afrika Barat abad ke-19 yang berperang melawan kolonialisme Perancis, Hamady Bocoum menggambarkan bagaimana pasukan Perancis melawan El Hadj Umar Tall dan melucuti perhiasan yang rumit yang dikenakan wanita-wanita di Senegal dengan langsung memotong telinga mereka.

Sementara karya-karya kontemporer yang ditampilkan dalam pameran ini mewakili gagasan mengenai kemenangan dan tragedi.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GGON5W

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Senegal Desak Pengembalian Artefak Budaya Bangsa Afrika"

Post a Comment

Powered by Blogger.