:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2552784/original/013343300_1545291668-Pixabay.jpeg)
Liputan6.com, Jakarta - Apabila anda ingin mengurangi berat badan pada 2019, anda akan temukan perdebatan sengit di ranah online dan di antara teman dan keluarga cara terbaik untuk mengurangi berat badan. Sepertinya setiap orang memiliki pendapatnya sendiri, dan ada mode diet baru yang muncul setiap tahun.
Dua hasil studi utama tahun lalu membuat perdebatan lebih sengit di antara topik yang memiliki pendukungnya masing-masing – peran yang dimainkan karbohidrat yang membuat kita gemuk. Hasil studi memberi beberapa petunjuk kepada para ilmuwan, namun, seperti juga studi tentang nutrisi lainnya, mereka tidak dapat mengatakan model diet – bila memang ada – yang terbaik bagi semua orang.
Jawaban ini tidak akan memuaskan orang yang ingin jawaban hitam dan putih, namun penelitian di bidang nutrisi sangat sulit dan bahkan studi yang palng disegani pun disertai dengan peringatan serius. Ada begitu banyak perbedaan untuk masing-masing orang sehingga hampir tidak mungkin untuk melakukan studi yang menunjukkan apa yang dapat berhasil untuk jangka panjang.
Sebelum ikut dalam program untuk menurunkan berat badan di tahun baru ini, berikut ini adalah pelajaran yang dapat diambil dari tahun lalu, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (3/1/2019).
Konsumsi Lebih Rendah Karbohidrat Turunkan Berat Badan?
Sekarang tidak lagi disebut sebagai Atkins Diet, namun mereka yang percaya program diet dengan mengkonsumsi rendah karbohidrat kembali mendapat angin. Pendapat bahwa kandungan karbohidrat refinasi dalam makanan seperti roti putih dengan cepat dapat diubah menjadi gula dalam tubuh kita, yang membuat tingkat energi dan rasa lapar naik dan turun dengan cepat.
Dengan diet mengurangi karbohidrat, klaim bahwa untuk mengurangi berat badan akan lebih mudah karena tubuh kita akan membakar lemak untuk energi sehingga kita jarang merasa lapar. Studi baru-baru ini tampaknya mengamini pendapat mereka yang mendukung konsumsi rendah karbohidrat. Namun, seperti juga banyak studi, studi itu mencoba untuk memahami hanya satu aspek dari cara tubuh berfungsi.
Studi ini yang dilaksanakan bersama dengan seorang penulis buku-buku yang mendorong pola diet dengan rendah karbohidrat, mencoba untuk mengkaji apakah diet dengan tingkat kandungan karbohidrat yang bervariasi dapat mempengaruhi bagaimana tubuh menggunakan energi. Di antara 164 peserta, studi ini menemukan bahwa mereka yang mengikuti pola diet rendah karbohidrat membakar lebih banyak kalori secara keseluruhan dibandingkan mereka yang mengikuti diet dengan pola konsumsi tinggi karbohidrat.
Studi itu tidak menyimpulkan bahwa orang dengan pola diet rendah karbo hidrat mampu menurunkan lebih banyak berat badan – dan tidak mencoba untuk mengukurnya. Asupan makan dan camilan dikontrol secara ketat dan terus menerus disesuaikan sehingga berat badan setiap orang tetap stabil.
David Ludwig, penulis utama makalah dan penelitian pada Boston Children Hospital mengatakan studi itu menunjukkan dengan membatasi asupan karbohidrat membuat lebih mudah bagi orang untuk membuat berat badan stabil begitu mereka berhasil menurunkan berat badan. Ia mengatakan pendekatan ini mungkin akan menjadi yang paling baik bagi penderita diabetes dan pra-diabetes.
Ludwig mencatat studi ini tidak dimaksudkan untuk menguji efek kesehatan dalam jangka panjang atau skenario dunia nyata dimana orang mempersiapkan makanannya sendiri. Temuan-temuan tersebut juga perlu diulang agar dapat divalidasi, ujarnya.
Caroline Apovian dari Boston University School of Medicine mengatakan semua temuan tersebut merupakan materi yang menarik untuk kalangan ilmuwan, namun jangan dianggap sebagai saran bagi orang biasa yang mencoba untuk diet menurunkan berat badan.
Simak video pilihan berikut:
Seorang wanita membuat video bagaimana cara makan enak walaupun tengah menjalani diet
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Diet Rendah Karbohidrat atau Lemak, Mana yang Efektif Turunkan Berat Badan?"
Post a Comment