"Kita kan konsentrasinya ke gas beracun. Nah, ketika konsentrasinnya sudah mencemari udara yang ada di sekitar kawah situ maka kita larang ada aktivitas di sekitarnya. Kemudian, kita juga mengukur sejauh mana kontaminasi gas beracun itu, baru kita mengeluarkan angka," ucap Aziz, 4 Juli 2017, usai meletusnya Kawah Sileri.
Meski menjadi kawasan yang berbahaya, akan tetapi masyarakat rupanya telah terbiasa dengan keberadaan kawah-kawah ini. Mereka pun tak takut dengan keberadaan kawah berbahaya, dan bahkan bercocok tanam di sekitar kawah tersebut.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan, salah satu kawasan yang paling berhaya tetapi kerap diterobos adalah Kawah Sinila dan Kawah Timbang yang berada di satu kawasan, Butak Petarangan.
Menurut dia, warga setempat seringkali menerobos kawasan yang dinyatakan tak aman. Padahal telah menetapkan zonasi kawah berbahaya lantaran berpotensi mengeluarkan gas beracun.
"Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan radius 500 meter sebagai daerah steril dari aktifitas. Namun, masyarakat membandel dengan tetap beraktivitas di radius berbahaya itu," kata Arif.
Menurut dia, banyak warga yang memiliki lahan di sekitar kawah sehingga mereka nekat menerobos. Selain itu, semakin dekat dengan kawah, maka tanah akan semakin subur.
“Kita telah memasang tanda merah, maksudnya bahaya satu, ring dua, dan seterusnya. Tapi karena daerah-daerah kawah tersebut cenderung lebih subur, sehingga kadang masyarakat itu menjadi nekat. Jadi beberapa peringatan sudah dipasang, tetapi mereka tetap menorobos," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
HEBOH !! Retakan Tanah Longsor Semburkan Api di Banjarnegara
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Goncangan Gempa Dieng dan Kisah Horor Kawah Timbang Tewaskan 149 Penduduk"
Post a Comment