Liputan6.com, Vatikan - Vatikan mungkin bukan tempat pertama yang terlintas di pikiran banyak orang ketika membicarakan seputar robot dan robotika.
Tetapi, dalam kemegahan Renaissance Vatikan, ribuan mil dari kiblat teknologi dunia Silicon Valley, para ilmuwan, ahli etika, dan teolog berkumpul untuk membahas masa depan robot.
Gagasan ini masuk ke isu tentang apa artinya menjadi manusia di tengah berkembang-pesatnya teknologi robotika dan menentukan generasi masa depan di planet ini.
Lokakarya "Roboethics: Humans, Machines and Health" (Etika robotika: Manusia, Mesin dan Kesehatan) diselenggarakan oleh Akademi Kepausan untuk Kehidupan (Pontifical Academy for Life).
Akademi ini dibuat 25 tahun yang lalu oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai respons terhadap perubahan cepat dalam biomedis.
Ini mempelajari masalah termasuk kemajuan dalam teknik pengeditan genom manusia.
Teknik-teknik ini secara kontroversial diklaim telah digunakan oleh ilmuwan Cina He Jiankui, untuk mengubah gen gadis kembar sehingga mereka tidak bisa terkena HIV.
Untuk pembukaan pertemuan itu, Paus Fransiskus menyampaikan surat kepada Komunitas Manusia, di mana ia menguraikan paradoks "kemajuan" dan memperingatkan terhadap pengembangan teknologi tanpa terlebih dahulu memikirkan kemungkinan harga yang harus ditanggung masyarakat.
Dalam surat itu, Paus menekankan perlunya mempelajari teknologi baru: teknologi komunikasi, teknologi nano, bioteknologi dan robotika.
"Maka, ada kebutuhan mendesak untuk memahami perubahan-perubahan besar dan perbatasan baru ini untuk menentukan bagaimana menempatkannya pada pelayanan pribadi manusia, sambil menghormati dan mempromosikan martabat intrinsik semua orang," tulis Paus Fransiskus seperti dikutip dari BBC, Senin (25/3/2019).
Manusia, Robot, dan Masa Depan
Berbeda sekali dengan pesan Paus, muncul hipotesis dari Profesor Jepang Hiroshi Ishiguro, yang mengatakan bahwa kita tidak akan lagi diakui sebagai manusia, dengan darah dan daging, dalam 10.000 tahun mendatang.
Terkenal karena menciptakan robot yang sangat mirip manusia di labnya di Universitas Osaka, termasuk salah satu yang mirip dirinya, Prof Ishiguro berbicara tentang perlunya mengubah tubuh kita dari komposisi saat ini menjadi sesuatu yang lebih abadi.
"Tujuan utama evolusi manusia adalah keabadian dengan mengganti daging dan tulang dengan bahan anorganik," katanya.
"Pertanyaannya adalah apa yang terjadi jika sesuatu terjadi di planet ini, atau sesuatu terjadi di Matahari, jadi kita tidak bisa hidup di planet ini, kita perlu hidup di luar angkasa."
"Dalam hal ini, mana yang lebih baik? Bahan organik atau bahan anorganik?"
Untuk Uskup Agung Vincenzo Paglia, Presiden Akademi Kepausan untuk Kehidupan, ada jawaban yang jelas.
"Mimpi itu adalah mimpi yang mengerikan," menambahkan bahwa "mustahil" untuk membagi tubuh dan jiwa seperti ide Ishiguro soal robot di masa depan.
"Daging adalah tubuh dengan jiwa dan jiwa adalah roh dengan daging," tegasnya.
"Tubuh sangat penting bagi manusia, melalui tubuh kita mencintai, melalui tubuh kita merangkul dan berkomunikasi satu sama lain," katanya.
"Kami sadar di satu sisi ini adalah kemajuan yang tidak dapat dipercaya, tetapi di sisi lain, kami merasa bahwa ada risiko bahwa perkembangan ini dapat memberikan keuntungan bagi dunia."
"Tapi risikonya adalah kita lupa kita adalah makhluk, bukan pencipta."
Simak video pilihan berikut:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ketika Paus Fransiskus dan Vatikan Membicarakan soal Masa Depan Robot"
Post a Comment